Menebak Kehendak Megawati!
Nanan tetap populer di kalangan kader PDI-P. Dia
Editor: Hasanudin Aco
![Menebak Kehendak Megawati!](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/ketum-dpp-pdip-terpilih-menutup-kongres-iv-pdip-bali_20150412_182535.jpg)
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketika Prananda Prabowo dan Puan Maharani masuk dalam struktur Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan periode 2015-2020, spekulasi muncul. Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri sedang "mematangkan" mereka untuk menggantikan dirinya memimpin PDI-P.
"Nah, ini pasti akan bertanya. Ada namanya Muhammad Prananda (Prabowo). Tapi dia ini anaknya senang ngumpet (sembunyi)," kata Megawati saat menyebut nama Prananda masuk dalam struktur pengurus DPP PDI-P dalam Kongres IV PDI-P di Denpasar, Bali, Jumat (10/4).
Tanpa perlu Megawati menyebutkan bahwa Prananda yang ditunjuk sebagai ketua bidang ekonomi kreatif ini adalah anaknya, peserta kongres sudah paham sosok pria yang akrab dipanggil Nanan tersebut. Mereka sontak tepuk tangan dan berteriak mengelu-elukan namanya, begitu pula nama Megawati. Antusiasme ini tidak terlihat saat Megawati menyebutkan kader PDI-P lainnya yang masuk dalam struktur DPP.
Tidak salah jika Megawati menyebut Prananda senang ngumpet. Selama ini dia jarang tampil di panggung depan perpolitikan nasional. Seusai dilantik, saat pengurus DPP lainnya menerima ucapan selamat dari peserta kongres, dia memilih segera meninggalkan ruangan kongres melalui pintu belakang.
Namun, Nanan tetap populer di kalangan kader PDI-P. Dia disebut sebagai konseptor sejumlah pidato politik Megawati. Dalam Kongres IV PDI-P, dia menciptakan lagu "Aku Melihat Indonesia" yang dinyanyikan saat pembukaan kongres.
Popularitas Nanan di kalangan kader PDI-P tidak kalah dari Puan Maharani, anak Megawati lainnya yang selama ini lebih sering tampil di publik.
Masuknya Nanan untuk pertama kali menjadi ketua DPP, serta tetap ditunjuknya Puan sebagai ketua bidang politik dan keamanan meski dia telah menjabat Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, jadi perbincangan para kader PDI-P dalam kongres. Tidak sedikit yang berspekulasi, Megawati menyiapkan satu dari dua anaknya itu untuk kelak menggantikannya.
Namun, bagaimana sebenarnya kehendak Megawati? Tidak ada yang tahu pasti. Ketua DPP PDI-P Bidang Hukum, Hak Asasi Manusia, dan Perundang-undangan Trimedya Pandjaitan mengatakan, dalam menyusun kepengurusan, Megawati lebih sering sendiri memikirkannya. Kalaupun butuh konsultasi, dia berbicara dengan Puan atau Prananda.
Politisi senior PDI-P lainnya, Pramono Anung, pun hanya bisa menebak masuknya Puan dan Prananda di DPP merupakan isyarat regenerasi kepemimpinan di PDI-P. Begitu pula disampaikan politisi PDI-P lainnya, Ganjar Pranowo.
"Jika selama ini Puan yang selalu jadi cerita, kini Prananda ikut. Dalam konteks persiapan regenerasi, ini bagus. Istilah saya ada lapangan yang disediakan untuk berlatih," kata Ganjar.
Apakah itu artinya Megawati hanya menginginkan pucuk pimpinan tertinggi di PDI-P hanya bisa diisi trah Soekarno/Megawati? Politisi senior PDI-P, Tjahjo Kumolo, menjawab, saat ini posisi itu memang hanya untuk trah Soekarno/Megawati. Ini sejalan dengan kehendak kader PDI-P.
Namun, hal berbeda disampaikan Ganjar dan sejumlah kader PDI-P daerah. Menurut mereka, waktu lima tahun ke depan merupakan saat untuk melihat kesiapan Puan atau Prananda memimpin PDI-P. Jika gagal, seharusnya tidak tertutup kemungkinan kader PDI-P yang tidak termasuk dalam trah Soekarno/Megawati untuk memimpin PDI-P.
"Trah Soekarno ataupun non-trah Soekarno, yang terpenting orang itu bisa mempertahankan kebesaran dan memperjuangkan cita-cita partai," kata Ketua Dewan Pimpinan Cabang PDI-P Tanjung Pinang, Kepulauan Riau, Sukandar. (AGE/APA)
* Artikel ini sebelumnya tayang di Harian Kompas edisi Minggu (12/4/2015).
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.