Bareskrim Polri Petakan Jaringan Narkotika Freddy Budiman
"Mereka yang ditangkap itu kaki tangan Freddy. Soal jaringannya masih kami petakan. Termasuk asal usul CC4 hingga bisa masuk ke Indonesia."
Penulis: Theresia Felisiani
Editor: Y Gustaman
![Bareskrim Polri Petakan Jaringan Narkotika Freddy Budiman](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/20130917_vanny-rossyane-ditangkap-bnn_6215.jpg)
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Meski sudah mendekam di dalam Lapas Nusakambangan, terpidana mati Freddy Budiman tetap leluasa mengendalikan narkotika lewat kaki tangannya di luar.
Mereka tersebar di beberapa lapas di Jakarta. Sama halnya bosnya, kaki tangan Freddy tak kalah agresif dan tetap mengendalikan narkotika dari dalam lapas.
Guna membongkar jaringan narkotika Freddy Budiman, penyidik Direktorat IV Bareskrim Polri menjemput Freddy dan Sonny Sanjaya dari Nusakambangan ke Jakarta untuk menunjukkan di mana kaki tangannya.
Setelah keduanya diperiksa maraton, penyidik menggeledah Lapas Cipinang dan Lapas Salemba. Dari Cipinang penyidik mengamankan Andre Syamsum (AS) dan menyita ektasi kertas atau CC4. Andre merupakan terpidana narkotika dengan vonis 10 tahun penjara.
Andre ditangkap terkait kepemilikan narkotika dan puluhan pucuk senjata api. Dia merupakan kaki tangan Freddy Budiman. Sedang di Lapas Salemba, penyidik mengamankan dua terpidana Asiong Cecep dan Mr Kim.
"Mereka yang ditangkap itu kaki tangan Freddy. Soal jaringannya masih kami petakan. Termasuk asal usul CC4 hingga bisa masuk ke Indonesia dan berada di lapas," ujar Wakil Direktur IV Narkotika Bareskrim Polri, Kombes Nugroho Aji, Senin (13/4/2015).
Nugroho menyambut baik jika eksekusi mati terpidana Freddy Budiman dipercepat. Karena selama ini, meski mendekam di Lapas Nusakambangan, Freddy masih mengendalikan barang haram dan kaki tangannya.
"Ya kami setuju kalau dipercepat eksekusinya. Karena kan tahun sendiri dia masih tetap mengendalikan narkoba dari lapas," tegasnya.
Lebih lanjut, Kabag Penum Mabes Polri, Kombes Pol Rikwanto mengatakan sejauh ini pengawasan di lapas memang masih lemah. Sehingga kian marak para bandar narkoba yang mengendalikan jaringannya dari dalam lapas.
Berbekal ponsel, dan akses internet mereka leluasa memasukkan dan mengendalikan narkoba dari luar negeri untuk dipasarkan di Indonesia.
"Mereka yang ditahan bisa leluasa mengontrol jaringannya dari dalam lapas. Mereka merasa sudah aman karena beranggapan polisi tidak bisa menyentuhnya," kata Rikwanto.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.