Tolak Campurtangan AS dalam KAA, 18 Aktivis AGRA Ditangkap Polisi
Sebanyak 18 aktivis organisasi massa petani Aliansi Gerakan Reforma Agraria (AGRA), ditangkap aparat Polda Metro Jaya, Senin (20/4/2015).
Laporan Wartawan Tribunnews.com Reza Gunadha
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sebanyak 18 aktivis organisasi massa petani Aliansi Gerakan Reforma Agraria (AGRA), ditangkap aparat Polda Metro Jaya, Senin (20/4/2015).
Penangkapan tersebut dilakukan ketika belasan aktivis AGRA tersebut menggelar aksi memprotes penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika (KAA) 2015.
Aksi itu sendiri memprotes agenda KAA kekinian yang tak lagi mewarisi semangat KAA 1955 era Bung Karno, yakni anti-penjajahan neokolonialisme Amerika Serikat.
"Ada 18 aktivis, tiga di antaranya perempuan, yang merupakan pemimpin AGRA dari berbagai cabang di daerah yang ditangkap. Hingga Senin sore ini, mereka masih di markas Polda Metro Jaya," kata Ali Paganum, Juru Bicara AGRA.
Ia mengatakan, penangkapan tersebut dilakukan sekitar pukul 15.00 WIB, persis ketika massa aksi menyampaikan orasi protes di depan kantor Kedutaan Besar Amerika Serikat, Jl Medan Merdeka Selatan, No. 3-5, Jakarta.
Alie menegaskan, Polda Metro Jaya harus segera melepaskan 18 belas aktivis tersebut karena aksi demonstrasi merupakan hak warga sipil yang diatur dalam perundang-undangan.
"Kami tidak anti-KAA, tapi kami mengecam KAA yang digelar saat ini hanya menjadi alat Amerika Serikat dan sekutunya di dalam negeri ini untuk mengeruk habis sumberdaya alam dan manusia Indonesia," tegasnya.
"Spirit Bandung '55" Dikhianati
Alie menjelaskan, bukan tanpa alasan kuat banyak kalangan di Indonesia maupun negara benua Asia dan Afrika lainnya yang menilai KAA kini mengkhianati "Spirit KAA Bandung 1955' yang anti-penjajahan.
"Ketika KAA diselenggarakan untuk pertama kalinya pada tahun 1955, rakyat di Asia dan Afrika memang dipersatukan dalam semangat yang sama yaitu anti-kolonialisme, karena sebagian besar negara-negara di Asia dan Afrika baru merdeka atau terbebas dari penjajahan," terangnya.
Amerika Serikat, kata dia, sebagai salah satu kekuatan imperialisme, berusaha untuk menggagalkan penyelenggaraan KAA kala itu.
Kini, setelah 60 tahun sejak pertama kali KAA digelar pada 1955, mayoritas negara-negara di kawasan Asia-Afrika masih tetap berstatus sebagai negara setengah jajahan, dimana mereka tunduk dan patuh dibawah kepentingan imperialisme, khususnya AS.
Usaha-usaha imperialisme untuk memperlemah semangat anti-kolonialisme yang menjadi spirit dalam KAA juga terus menerus dilakukan.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.