Program AIMAN KompasTV: Akseyna, Bukan Pembunuhan Biasa
Sejak awal ketika melihat jasad Akseyna Ahad Dori di kamar jenazah RS Polri Sukanto, ayah kandung Akseyna, Mardoto, meyakini anaknya tewas dibunuh.
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sejak awal ketika melihat jasad Akseyna Ahad Dori di kamar jenazah RS Polri Sukanto, ayah kandung Akseyna, Mardoto, meyakini anaknya tewas dibunuh. Namun, telah dua bulan berlalu, polisi masih belum mengungkapkan misteri tewasnya Akseyna.
"Kasus kematian Akseyna ini sangat unik," kata Komisaris Besar Polisi Khrisna Murti, Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya.
Polisi awalnya menduga kasus kematian mahasiswa jurusan Biologi Universitas Indonesia ini adalah kasus bunuh diri. Karena adanya luka jeratan di leher korban dan ditemukannya surat wasiat yang diduga dibuat oleh Akseyna.
Tetapi, setelah melihat luka fisik dan kejanggalan lainnya, polisi pun akhirnya menyimpulkan bahwa Akseyna adalah korban pembunuhan.
"Tulisan tangan pada surat wasiat korban milik dua orang," ungkap Deborah Dewi, ahli pembaca tulisan tangan dari American Handwriting Analysis Foundation.
Saat diwawancara oleh pembawa acara KompasTV, Aiman Witjaksono, Deborah Dewi juga memperagakan bagaimana membaca tulisan tangan yang dibuat oleh dua orang. Yang salah satunya berupaya untuk meniru tulisan tangan yang dibuat oleh Aiman.
Simak selengkapnya penelusuran misteri kematian Akseyna pada program AIMAN episode “Akseyna, Bukan Pembunuhan Biasa” yang tayang Senin, 8 Juni 2015, pukul 20.00 WIB hanya di KompasTV. (KompasTV/Ike Kesuma)