KPK Dibangun dengan Susah Payah, jangan Sampai Runtuh
Yenti Garnasih mengatakan bahwa salah satu kriteria yang menjadi pertimbangan Pansel terhadap peserta seleksi adalah karakter psikologis.
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Yenti Garnasih mengatakan bahwa salah satu kriteria yang menjadi pertimbangan Pansel terhadap peserta seleksi adalah karakter psikologis.
Menurut Anggota Panitia Seleksi Calon Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi itu, hal tersebut mencakup cara berkomunikasi dan gerak tubuh, atau gestur.
"KPK dibangun dengan susah payah, jangan sampai runtuh hanya gara-gara gestur pimpinan KPK saat di hadapan media," ujar Yenti, saat ditemui di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, Jumat (26/6/2015).
Menurut Yenti, cara berkomunikasi dan gestur yang salah dari para pimpinan KPK, bisa jadi mempengaruhi cara pandang orang lain, sehingga menjadi negatif dan menimbulkan kebencian.
Misalnya, sebut Yenti, saat mengumumkan penetapan tersangka, atau hal-hal yang dianggap sensitif, pimpinan KPK dituntut untuk menyampaikan informasi dengan objektif tanpa terkesan adanya suatu sikap diskriminatif.
Untuk mengatasi masalah tersebut, Yenti mengatakan, Pansel KPK akan melibatkan psikolog dalam menyeleksi calon-calon pimpinan KPK.
Beberapa tahapan seleksi juga diutamakan untuk mengetahui kepribadian dan karakter individu masing-masing calon.
"Nantinya peserta seleksi juga akan diminta untuk mendeskripsikan diri mereka sendiri. Pimpinan KPK memang harus berani, tetapi gestur dan kepribadian juga harus disesuaikan," kata Yenti.(Abba Gabrillin)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.