Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kompas, Jurnalisme yang Tidak Menghakimi

Pemimpin Redaksi Harian Kompas Budiman Tanuredjo menjelaskan, koran jangan hanya dipandang sebagai kertas saja

Penulis: Rahmat Patutie
Editor: Sanusi
zoom-in Kompas, Jurnalisme yang Tidak Menghakimi
Tribunnews.com/Rahmat Patutie
Pemimpin Redaksi Harian Kompas, Budiman Tanuredjo di Plasa Senayan, Jakarta Selatan, Minggu (28/6/2015) 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Harian Kompas lahir dari sebuah cita-cita, menjadi "Amanat Hati Nurani Rakyat". Waktu berlalu, zaman pun berganti. Namun, semangat ini tak akan tergantikan dan lekang oleh waktu..

Pemimpin Redaksi Harian Kompas Budiman Tanuredjo menjelaskan, koran jangan hanya dipandang sebagai kertas saja, karena jika dibaca terdapat informasi-informasi yang menginspirasi di dalamnya.

"Seperti tema inspirasi itu adalah sebuah aksi. Itulah yang dikerjakan oleh Kompas. Sehingga kompas itu bukan hanya kertas tetapi ada informasi-informasi yang mengedukasi dan menghibur. Itulah yang kami praktikkan di sini," ujar Budiman saat berbincang bersama Tribunnews.com, Minggu (28/6/2016), di Jakarta.

Budiman mengatakan, meskipun persaingan media massa semakin pesat, Kompas dapat bertahan hingga 50 tahun.

Menurutnya, kuncinya adalah konten dalam pemberitaan yang mengedukasi, sehingga dapat memberikan pencerahan terhadap bangsa ini.

Ia mengatakan, Kompas tidak ingin memproduksi pemberitaan yang mengandung sensasi semata melainkan memproduksi kepada subtansi. Idealisme itulah yang akan dipertahankan Kompas baik di platform cetak maupun digital.

"Lima puluh tahun Kompas sudah bisa bertahan, digital smartphone sebetulnya hanyalah platform. Era sekarang kontennya begitu melimpah di manapun ada, tetapi apakah konten itu mengedukasi bangsa ini," kata Budiman.

Berita Rekomendasi

Budiman menyakini, kehadiran Kompas dapat membuat petunjuk arah bangsa semakin lebih baik lagi. Hal tersebut karena Kompas bekerja dengan hati.

"Saya pikir kami tidak bisa mengklaim ya, tetapi kalau kami lihat berbagai testimoni dari sejumlah tokoh yang dimuat Kompas, ada sebuah harapan yang besar agar Kompas betul-betul menjadi petunjuk arah," katanya.

"Mereka merasakan bahwa kehadiran Kompas selama 50 tahun memberikan manfaat bagi arah bangsa ini," tambahnya.

Budiman menekankan, Kompas tidak mempunyai kepentingan dan afisiliasi politik apapun. Pihaknya dapat menjaga jarak dan membuat ruang-ruang dialog antara pemerintah, masyarakat dan perusahaan itu sendiri.

Ia berharap dalam usia ke-50, Kompas tetap menjadi sebuah media literasi untuk mendorong orang-orang agar paham soal Kompas. Mulai dari bagaimana cara proses produksi di redaksi, cara kerja redaksi, hingga bagaimana wartawan itu bekerja.

"Kami sebenarnya mau mengajak di balik sebuah berita itu sendiri. Seperti semalam, kami mengundang komunitas biker untuk melihat percetakan, melihat redaksi agara mereka tahu bagaimana konten-konten itu diproduksi," imbuhnya.

Kompas akan tetap dengan jurnalisme Kompas, jurnalisme yang tidak menghakimi, tetapi tapi jurnalisme yang memberikan solusi-solusi untuk bangsa ini.(*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas