Sang Pengangkut dan Misi Kemanusiaan
"Anda akan menghancurkan Lockheed Company."
Editor: Hasanudin Aco
Selepas riwayat
Sebagaimana di bagian dunia lain, Hercules TNI AU telah memperlihatkan jasa besar, tidak hanya bagi misi militer, tetapi juga bagi misi kemanusiaan.
Hercules telah membantu korban konflik di Kongo, Somalia, hingga Haiti dan Jepang, tetapi ia juga memperlihatkan keganasannya di area konflik lain, seperti Afganistan.
Hercules pun berubah menjadi AC-130 Spectre yang merupakan pesawat jenis gunship. Melengkapi kedahsyatannya, Hercules perang ini juga mengangkut bom paling berat yang ada di arsenal militer AS, yakni BLU-82 yang beratnya 15.000 pon atau sekitar 7 ton.
Kemanfaatan yang selama ini telah diperlihatkan oleh Hercules sebagai pesawat angkut niscaya tak tergantikan.
Penyelidikanlah yang diharapkan dapat menemukan, apakah C-130 A-1310 dari Skadron 32 Abdulrachman Saleh, Malang, yang dibuat tahun 1964 (seperti dijelaskan Kepala Pusat Penerangan TNI Mayjen Fuad Basya) memang sebenarnya telah letih strukturnya mengingat pesawat seumuran itu sudah semestinya dikategorikan sebagai pesawat vintage, kalau bukan antik.Untuk C-130 upaya terjauh adalah meremajakan empat tipe B menjadi tipe H yang lebih mutakhir oleh ST Aerospace (anak perusahaan Singapore Technology Engineering, Modernisasi Alutsista TNI, Kemhan, 2014). Indonesia juga telah menandatangani kontrak pada Juli 2013 untuk menghidupkan kembali empat Hercules RAAF (AU Australia), dan proyek yang dikerjakan oleh Northrop Grumman Integrated Defence System, NSW, Australia, kini telah terealisasi.
Idealnya, Indonesia harus membeli Hercules baru mengingat kebutuhan yang ada, baik militer maupun kemanusiaan. Terus menerbangkan pesawat tua amat ribet membutuhkan ketekunan dan biaya besar.
Kita tunggu hasil penyelidikan TNI AU sambil mendoakan para korban musibah yang amat kita prihatinkan ini.
* Artikel ini terbit di harian Kompas edisi 1 Juli 2015 dengan judul "Sang Pengangkut dan Misi Kemanusiaan".