Diselidiki Penumpang Sipil yang Bayar Saat Naik Hercules
Selain dari keluarga TNI, Agus menambahkan, penumpang juga harus memiliki izin sehingga tidak bisa sembarang orang naik.
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, MEDAN - Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Udara (AU) menyelidiki dugaan adanya penumpang yang membayar untuk naik pesawat Hercules C-130. Sebab, penumpang yang menggunakan Hercules salah satunya harus keluarga dari TNI.
"Semua yang ada dalam pesawat itu semua keluarga besar TNI. Keluarga besar itu bisa saja istrinya, orangtuanya, bisa anaknya, atau saudaranya," kata Panglima Komando Operasi (Pangkoops) I Marsekal Muda Agus Dwi Putranto di Rumah Sakit Umum Pemerintah (RSUP) Haji Adam Malik, Medan, Jumat (3/7/2015).
Selain dari keluarga TNI, Agus menambahkan, penumpang juga harus memiliki izin sehingga tidak bisa sembarang orang naik.
"Mereka naik pesawat AU dilengkapi dengan surat izin dari TNI AU karena ada anggota yang membawa orang itu. Ini ditindaklanjuti lagi dengan surat izin naik pesawat," kata Agus.
Namun, jika dalam proses seperti itu tidak dijalankan, atau ada indikasi penumpang membayar, TNI AU akan bergerak.
"Kalau ternyata sersan X, ada terdata saudara dari sersan X, secara kedinasan, TNI Angkatan Udara membawa dia karena dia saudara sersan X. Kalau dia ternyata bayar, maka oknumnya itu yang akan dicari oleh KSAU sehingga nanti mendapat tindakan," ucap Agus.
Sebelumnya, beberapa keluarga korban pesawat Hercules C-130 mengaku keluarganya membayar untuk menumpang pesawat Hercules.
Brigadir Polisi S Sihombing misalnya. Paman dari korban Ester Yosephine Sihombing dan Yunita Sihombing yang menjadi korban dalam kecelakaan ini mengaku membayar Rp 800.000 per orang.
Padahal, ayah kedua korban adalah Serda Sahata Sihombing yang bertugas sebagai babinsa di Koramil Ranai, Kepulauan Natuna.
"Kalau naik pesawat komersial satu jutaan per orang, mahal. Makanya, mereka naik pesawat itu," kata Sihombing. Begitu juga dengan pengakuan Tetdi Pakpahan, tante dari korban Ivan Ganda Tua Situmorang (13).
Ivan yang berangkat ke Natuna bersama ayahnya, yang juga menjadi korban, Marasi Situmorang, juga membayar untuk penerbangan ini.
"Mungkin uang itu karena dia bukan keluarga tentara. Dia naik pesawat ini atas anjuran temannya yang tentara. Tahu sama tahu, dan siapa senang sajalah. Kami pun tak percaya dia mau naik pesawat ini. Orang datangnya dari Kualanamu," kata Tetdi, Rabu (1/7/2015).(Kahfi Dirga Cahya)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.