Islam Indonesia Berkelanjutan
PM Cameron menyebut, dari 255 juta penduduk Indonesia, ada sekitar 500 orang yang ikut Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS).
Editor: Hasanudin Aco
Berkemajuan bagi peradaban
Islam Indonesia, seperti diwakili antara lain oleh NU dan Muhammadiyah, memiliki hampir seluruh potensi untuk berkemajuan guna mewujudkan peradaban rahmatan lil alamin. Modal terbesar untuk berkemajuan adalah sifat dan karakter ormas-ormas Islam yang independen vis-a-vis negara dan kekuasaan. Mereka punya tradisi tak tergantung pada—apalagi menjadi—alat kekuasaan dengan membiayai dan mengatur diri sendiri.
Modal besar lain adalah kekayaan dan keragaman lembaga yang dimiliki NU dan Muhammadiyah mulai dari masjid dan mushala, sekolah, madrasah, pesantren, perguruan tinggi, rumah sakit dan klinik, panti penyantunan sosial, koperasi, hingga usaha ekonomi lain. Tak ada bagian dunia Muslim lain yang memiliki ormas dengan karakter dan kekayaan lembaga seperti Muhammadiyah dan NU.
Banyak kalangan asing sejak akhir 1980-an, semisal Fazlur Rahman, Guru Besar Universitas Chicago, AS, melihat potensi besar Islam Indonesia untuk berdiri terdepan memajukan peradaban Islam global. Dengan peradaban Islam wasathiyah, Islam Indonesia dapat memberikan kontribusi bagi peradaban dunia lebih damai danharmonis.
Harapan semacam itu pada Islam Indonesia kian meningkat di tengah berlanjutnya konflik di negara-negara Muslim di dunia Arab, Asia Selatan, Asia Barat, dan Afrika. Untuk itu, NU dan Muhammadiyah beserta ormas-omas Islam wasathiyah lain tidak hanya perlu meningkatkan pemikiran dan amal usaha di dalam negeri, tetapi juga mesti lebih ekspansif menyebarkan Islam wasathiyah ke mancanegara. Dengan begitu, Islam Indonesia dapat berdiri paling depan dalam mewujudkan Islam sebagai rahmatan lil alamin.
Azyumardi Azra
Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta; Ketua Asian Muslim Action Network (AMAN), Bangkok, Thailand
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 3 Agustus 2015, di halaman 6 dengan judul "Islam Indonesia Berkelanjutan".