Kehidupan Rakyat Dibuat Susah, Radikalisme Bisa Berkembang Pesat
Budyatna melihat kehidupan rakyat yang semakin susah karena kebijakan pemerintah yang tidak pro rakyat
Penulis: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Muhammad Budyatna mengatakan jika pemerintah tidak bergerak cepat mengatasi kondisi perekonomian yang tidak adil seperti kondisi saat ini dimana rakyat susah bertambah susah, maka paham radikalisme akan berkembang pesat di masyarakat.
“Jokowi harus hati-hati dengan kondisi ekonomi yang terus memburuk. Akan muncul sikap anti pemerintah yang bisa menyebabkan ideologi radikal berkembang pesat. Radikalisme itu muncul karena ketidakpuasan masyarakat atas sikap pemerintah yang dianggap tidak adil. Ini dimanapun seperti ini, simpati akan muncul pada pihak-pihak yang melawan pemerintah,” ujar Pengamat Politik dari Universitas Indonesia, Budyatna ketika dihubungi, Kamis (5/8/2015).
Budyatna melihat kehidupan rakyat yang semakin susah karena kebijakan pemerintah yang tidak pro rakyat dengan menaikkan harga BBM, listrik, gas dan ketidakmampuan pemerintah mengendalikan harga dan suply kebutuhan pokok.Tidak ada satupun kebijakan dan langkah pemerintah yang dinilai pro rakyat saat ini.
“Radikalisme itu kan biasanya memanfaatkan ketidakpuasan rakyat. Mereka kerap menyuarakan kebatilan. Kalau ini terjadi maka mungkin saja paham seperti ISIS menguat. Kalau ini yang terjadi maka apa yang terjadi di Irak dan Suriah bisa terjadi di Indonesia. Kalau itu sudah terjadi repot, karena Irak dan Suriah saja sudah dibantu negara-negara besar seperti AS dan Inggris dan sekutunya tidak mampu membendungnya,” katanya.
Mantan Dekan FISIP UI ini pun mengingatkan Jokowi untuk segera mengambil langkah cepat dengan mengganti para pembantunya, utamanya menteri di jajaran ekomomi.Jokowi tidak perlu lagi mendengarkan permintaan-permintaan parpol pengusungnya untuk mendudukkan orang-orang parpol atau pesanan parpol yang tidak kredibel di kabinetnya.
“Jangan sampai berkembang isu di masyarakat kalau Jokowi sengaja membuat kehidupan rakyat semakin susah secara sistematis, karena memang faktanya kehidupan rakyat yang susah saat ini disebabkan karena kebijakan-kebijakan yang salah dan tidak pro rakyat. Ketika harga BBM dunia merosot jadi US$47/barrel, harga BBM di Indonesia tidak juga turun, padahal AS saja yang rakyatnya GDP nya jauh lebih tinggi, harga BBM sudah lebih murah dari Indonesia. Ini kan seperti disengaja menyusahkan rakyat,” katanya.
Dia pun mengingatkan Jokowi dengan janjinya untuk membaut kabinet profesional dan tawar menawar. Dulu menurutnya Jokowi sempat membuat tim yang meminta masukan masyarakat untuk memilih menteri, tapi pilihan masyarakat tidak didengarkannya,malah yang dijadikan para menteri adalah orang-orangnya Megawati, Surya Paloh dan Jusuf Kalla. Jadinya berantakan tim ekonominya ini.