Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
DOWNLOAD
Tribun

Adhie Massardi: Kalau Saja Pak Jusuf Kalla Seorang Negarawan

Rizal Ramli yang menilai target pemerintah membangun pembangkit listrik 35.000 megawatt sulit dicapai

Editor: Rachmat Hidayat
zoom-in Adhie Massardi: Kalau Saja Pak Jusuf Kalla Seorang Negarawan
TRIBUNNEWS.COM/HERUDIN
Adhie Massardi 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA-Perang di internal Istana terjadi pasca pernyataan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Rizal Ramli yang menilai target pemerintah membangun pembangkit listrik 35.000 megawatt sulit dicapai. Menurut Rizal, proyek yang dicanangkan Jokowi hingga 2019 itu tak masuk akal.

Rizal mengingatkan, target tersebut semakin besar lantaran ditambah dengan sisa target pembangunan 7.000 megawatt listrik peninggalan pemerintah sebelumnya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) kemudian angkat bicara atas pernyataan Rizal Ramli seraya menyatakan, berbahaya apabila seorang menteri yang tidak memahami persoalan yang kemudian mengeluarkan pernyataan. Pernyataan Rizal juga dianggap wibawa Presiden Jokowi jatuh.

Mantan Juru Bicara Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Adhie Massardi berharap, Jusuf Kalla bisa menunjukkan sikap kenegarawanan. "Kalau saja Pak JK (Jusuf Kalla) hadir sebagai negarawan, yang tindak-tanduknya hanya demi kemaslahatan rakyat, negara dan bangsa, dan tidak memiliki konflik kepentingan, tak akan muncul kegaduhan politik di level kabinet seperti sekarang," saran Adhie, Rabu (19/8/2015).

"Pak JK itu Wapres, dam pejabat negara paling senior (sepuh) di republik ini. Sesuai usianya, seharusnya lebih bijak dalam menyikapi saran dan gagasan perbaikan pemerintahan, dari mana pun datangnya. Sehingga jadi telaah bagi anggota kabinet lainnya. Tidak malah menanggapinya secara emosional," tambahnya.

Pak JK, kata Adhie lagi, seharusnya memelopori perubahan mental masyarakat yang apabila mendengar gagasan yang benar, bukannya segera dilaksanakan, tapi mempersoalkan siapa dan bagaimana cara menyampaikannya. Padahal, imbunya, gagasan kebenaran tetaplah gagasan kebenaran, meskipun disampaikan Menko Kemaritiman dengan cara yang dianggap tidak lazim.

"Presiden AS Franklin D Roosevelt tidak akan bisa mengakhiri Perang Dunia II kalau tidak merespon gagasan Albert Einstein, ilmuwan urakan rambut awut-an, yang disampaikan hanya lewat surat. Tapi sejarah mencatat, surat itu gagasan bikin bom atom yang kemudian dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki sebagai penutup PD II," ungkapnya.

Berita Rekomendasi

Bangsa Jepang yang feodalistik, sambungnya lagi, tidak akan semaju sekarang kalau tidak merespon gagasan Sakichi Toyoda, anak tukang kayu miskin, pendiri industri otomotif merek Toyota, pendorong negeri matahari terbit menuju negara industri terkemuka di muka bumi.

"Bahkan mungkin kita akan tetap hidup dalam kegelapan kalau tetap berkutat pada cara pandang siapa dan bagaimana cara gagasan disampaikan. Karena temuan lampu pijar dan kelistrikan dikembangkan Thomas Alva Edison, orang Amerika yang tuli itu," kata Adhie.

Makanya, bangsa Indonesia harus segera mengubah mental itu. Menghormati gagasan kebenaran, dan bukan mempersoalkan siapa dan bagaimana cara gagasan itu dilontarkan. Pak Jusuf Kalla bisa jadi pelopor perubahan mental itu," pungkas Adhie Massardi.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Klik Di Sini!
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas