Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pelayanan Kesehatan Jemaah Haji Indonesia Dinilai Belum Maksimal

Tim pengawas DPR RI menilai bahwa pelayanan kesehatan bagi jemaah haji Indonesia belum maksimal.

Penulis: Ferdinand Waskita
Editor: Dewi Agustina
zoom-in Pelayanan Kesehatan Jemaah Haji Indonesia Dinilai Belum Maksimal
salehdaulay.com
Saleh Daulay. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ferdinand Waskita

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tim pengawas DPR RI menilai bahwa pelayanan kesehatan bagi jemaah haji Indonesia belum maksimal. Kendala utama peralatan medis dan mobil ambulance yang sangat terbatas. Demikian dikatakan Ketua Komisi VIII DPR Saleh Daulay melalui pesan singkat, Rabu (23/9/2015).

Hal itu diketahui dari penjelasan langsung dari beberapa petugas BPHI (balai pengobatan haji Indonesia) di Mekkah ketika tim pengawas DPR melakukan kunjungan dan pemeriksaan.

"Meskipun ada klinik-klinik satelit yang dibuka di masing-masing sektor, namun keterbatasan peralatan medis dan tenaga para medis menyebabkan para jemaah belum maksimal ditangani. Pelayanan medis ini menjadi sangat krusial karena jumlah jemaah lansia dan risti (risiko tinggi) dari tahun ke tahun semakin naik. Untuk tahun ini saja, jumlah jemaah lansia mencapai 64,5 persen. Berarti, jemaah risti jauh lebih banyak dari jemaah yang dikatakan fit untuk menjalani seluruh prosesi ibadah haji," katanya.

Menurut pantauan tim pengawas DPR, kata Saleh, ada banyak pasien yang memerlukan obat-obatan untuk penyakit tertentu. Setelah dicek ketersediaannya di klinik-klinik satelit, obat-obatan itu tidak ada. Jemaah terpaksa berusaha untuk mendapatkannya di apotik-apotik yang ada di luar.

"Kesulitannya, tidak semua jemaah bisa menjelaskan penyakitnya kepada apoteker. Karena itu, tidak jarang mereka juga tidak bisa membeli obat. Selain itu, tidak semua obat bebas diperjualbelikan di apotek-apotek Saudi," ujar Politikus PAN itu.

Saleh mengutip keterangan petugas BPHI dimana mereka juga terkendala dengan mobil ambulance. BPHI yang operasionalnya di bawah kementerian kesehatan hanya memiliki 9 ambulance.

Berita Rekomendasi

Sementara, ada 3 ambulance yang tidak bisa beroperasi. Untuk menutupi kecukupan ambulance, BPHI terpaksa meminjam mobil-mobil yang dimiliki oleh kementerian agama. Sayangnya, mobil-mobil yang dimiliki kementerian agama banyak yang keluaran lama, sehingga terkadang ada yang bermasalah di tengah jalan.

"Kalau ada ambulance yang membawa pasien lalu mogok, tentu itu sangat riskan. Ambulance itu kan diperlukan untuk membawa pasien segera ke BPHI atau ke rumah sakit. Kalau mogok, ya itu akan menjadi masalah besar," katanya.

Selain itu, kata Saleh, bus-bus Safari Wukuf dinilai juga masih kurang. Dengan jumlah jemaah risti seperti sekarang ini, bus-bus safari wukuf itu menjadi penting. Dengan adanya bus-bus itu, jemaah yang sedang sakit tetap dimungkinkan untuk dibawa ke padang Arafah untuk melakukan wukuf meskipun tetap berada di dalam bus.

"PPIH hanya menyediakan 10 bus untuk safari wukuf. Kapasitasnya hanya bisa mengangkut 125 jemaah. Bus safari wukuf itu didesain bagi pasien yang masih memungkinkan untuk dibawa ke Arafah. Para pasien tetap di dalam bus. Bus telah dimodifikasi sedemikian rupa bagi pasien. Mereka bisa berbaring ataupun duduk. Sementara pengobatan dan alat-alat medis tetap melekat di tubuh mereka," tuturnya.

"Tidak semua pasien mau dibadal hajikan. Ada yang tetap ngotot untuk ikut wukuf. Dengan kondisi jemaah kita yang jumlah ristinya (risiko tinggi) tinggi, keberadaan bus safari wukuf ini menjadi sangat penting," tambahnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas