Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

"Kami Melempar Jumrah dari Lantai Tiga"

ada yang masuk ke Mekkah dengan visa haji, visa tenaga ahli atau populer dengan sebutan visa direktur, dan visa umal atau tenaga kerja

Penulis: Toni Bramantoro
zoom-in
ist
Heru Pujihartono (kanan) dan sahabatnya, Tubagus Adhi (kiri) di atas terowongan Mina lantai tiga saat lempar Jumroh Ustha dan Aqobah 

Setelah itu mereka bisa lebih banyak beriistirahat di kamarnya, sekaligus menyimpan tenaga untuk melontarkan jumrah pada Jumat dan Sabtu, sesuai ketentuan, sebelum menyempurnakan ibadah hajinya dengan melakukan tawaf dan sai di Masjidil Haram, Mekah.              

"Kami termasuk yang memutuskan meninggalkan Mudzalifah sekitar jam 00.30 waktu Mina, atau sekitar 04.30 wib," kata Heru Pujihartono

Heru, yang disertai sahabatnya Tubagus Adhi, menjalani ibadah haji untuk lebih mensyukuri kemajuan dari perusahaan katering Nendia Primarasa yang sudah 11 tahun berdiri.

Perusahaan katering yang didirikannya bersama istri tercintanya ini, Resti Nendia, berkembang cukup pesat dan memiliki klien fanatik yang setia pada menu-menu andalan mereka.                                                 

DIBERIKAN KEMUDAHAN     

Terkait dengan musibah yang terjadi saat melontar Jumrah Aqobah itu, Heru Pujihartono mengurai kesedihannya.

"Semoga mereka memperoleh tempat terbaik di sisi Allah swt, sesuai dengan amal ibadahnya," ungkap pemilik klub sepakbola Jakarta Matador FC ini, dan juga anggota Indonesia Millenium Development Force (IMDF) PSSI 2015-2019.                                         

Berita Rekomendasi

Heru menjelaskan,  bahwa musibah yang di terowongan Mina saat melontar Jumrah Aqabah itu terjadi beberapa jam setelah ia menyelesaikan melontar jumrah Aqobah itu sekitar pkl empat pagi waktu setempat.

Saat itu, rombongan-rombongan besar dari Mudzalifah secara bergelombang sudah tiba di mulut terowongan. Panjang terowongan Mina hingga ke tempat melontar jumrah itu sekitar belasan kilometer.

PERKELAHIAN?                   

Bayangkan kelelahan fisik dan mental yang mendera para jamaah, tak terkecuali meraka yang berasal dari berbagai negara.

Di sisi lain, sebagian dari jemaah ingin melontar jumrah dari tingkat pertama atau terbawah. Padahal, panitia dari Indonesia sudah sejak awal memperingatkan agar jemaah Indonesia seyogyanya melontar jumrah dari tingkat tiga saja, jadi tak perlu turun ke bawah, ke lantai pertama.                                            

Ditengah kelelahan fisik dan mental itu, terjadi berbagai peristiwa memilukan di tempat pelontaran jumrah itu. Diantaranya, ada isu mengenai perkelahian antara kelompok jemaah dari Turki dengan Pakistan.

Yang jelas, situasi menjadi makin sulit dikontrol karena jumlah jemaah yang makin membesar di tempat pelontaran jumrah tersebut. Situasinya menjadi begitu mengenaskan.                               

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas