Meninggalkan Mina Menuju Mekah
Gelombang besar jemaah haji mulai meninggalkan Mina di hari ke-12 Dzulhijah yang berarti mulai Sabtu (26/9) dinihari WIB
Penulis: Toni Bramantoro
TRIBUNNEWS, COM. JAKARTA - Gelombang besar jemaah haji mulai meninggalkan Mina di hari ke-12 Dzulhijah yang berarti mulai Sabtu (26/9) dinihari WIB.
Karena pergantian tanggal kalender islam umumnya setelah Maghrib, maka diperhitungkan jika setelah itu jemaah haji sudah diperkenankan jemarat akhir, yakni melontar jumrah ulla, wustho dan aqobah sekaligus untuk kedua kalinya.
Dengan pertimbangan itu, sebagian besar jemaah haji Indonesia sudah bisa meninggalkan mabbit di perkampungan Mina ini setelah mereka melakukan jemarat untuk ketiga kalinya secara keseluruhan pasca tiba dari Mudzalifah.
Hal ini khususnya untuk jemaah haji yang mengambil Nafar Awal. Selanjutnya, jemaah masih akan melakukan dua kegiatan lagi yang kesemuanya dilakukan di Masjidil Haram, yakni Tawaf Ifadah dan Tawaf Wada. Yang terakhir adalah perpisahan dengan Baitullah.
Setelah itu, ada yang langsung kembali ke Indonesia, atau ke Madinah.
Jemaah haji yang meninggalkan Indonesia lebih awal umumnya sudah lebih dulu tinggal di Madinah untuk beribadah dan ziarah selama beberapa hari, setelah itu baru mereka ke Mekah untuk menunaikan kewajiban haji.
Sebaliknya, bagi jemaah haji yang meninggalkan tanah air menjelang puncak haji, maka mereka langsung berada di Mekah, termasuk menginap di apartemen transit dan mabbit di Mina, sebelum kemudian beranjak ke Madinah untuk beribadah dan ziarah.
"Insha Allah setelah melontar jumrah yang ketiga selepas tengah malam waktu Saudi nanti, kami sudah harus bersiap meninggalkan Mina dan kembali ke apartemen," demikian disampaikan salah satu jemaah Haji Indonesia, Heru Pujihartono yang dihubungi melalui telepon selulernya, Jumat malam (25/9/2014).
Heru Pujihartono, pemilik Jakarta Matador Football Club, yang berada di Mina baru pertama kali ini menjalani ibadah haji.
Pemilik perusahaan katering Nendia Primarasa ini mensyukuri berkah dari kemajuan perusahaan katering yang didirikannya bersama istri tercintanya, Resti Nendia, pada 2004 itu.
Baru 11 tahun berdiri, Nendia Primarasa sudah mampu membangun kantor yang amat refresentatif, di kawasan jalan Bina Harapan, Pancoran, Jakarta Selatan. Berkah yang layak bagi Nendia Primarasa kepuasan yang diterima oleh klien-klien fanatik mereka. tb
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.