Pengakuan Surya Paloh Damaikan Gatot dan Wagub Sumut di Kantor NasDem
Surya Paloh beberkan apa yang sebenarnya terjadi saat bertemu dengan Gubernur Sumatera nonaktif Gatot Pujo Nugroho dan Wgub Tengku Erry Nuradi
Penulis: Wahyu Aji
Editor: Gusti Sawabi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Wahyu Aji
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh beberkan apa yang sebenarnya terjadi saat bertemu dengan Gubernur Sumatera nonaktif Gatot Pujo Nugroho dan Wakil Gubernur Sumut Tengku Erry Nuradi di DPP Partai NasDem, Gondangdia, Jakarta Pusat.
Menurut surya Paloh inisiator pertemuan itu adalah Otto Cornelis Kaligis yang saat itu menjabat sebagai Ketua Mahkamah Partai NasDem.
"Sebetulnya sayang sekali, seakan saya bela diri, lihat mata saya apa simpan kebohongan atau tidak? Sebuah permohonan menghadap. Ketua Mahkamah Partai OC Kaligis yang meminta saya untuk menerima Gubernur Sumut Gatot dan Wakil Gubernur Sumut," kata Surya dalam acara perayaan HUT pertama Fraksi NasDem di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Kamis (1/10/2015) malam.
Surya menjelaskan, dirinya bertanya kepada Gatot dan Erry apa yang diingkan keduanya. Menurut Surya, Kaligis menerangkan komunikasi antara Gatot dan Erry sedang memburuk. Alhasil, Surya bersedia untuk mendamaikan keduanya.
"Sebagai senior dari mereka berdua, wakilnya Erry Ketua NasDem Sumut komunikasi mereka tidak baik. Gatot dan Erry sudah saya anggap adik," katanya.
Dalam pertemuan yang juga dihadiri Kaligis, Surya menjelaskan bahwa pesan sederhana yang diberikan kepada pasangan itu ialah rakyat yang merugi akibat hubungan yang tidak harmonis.
Lebih lanjut dirinya membantah Surya membantah dalam pertemuan tersebut ada upaya untuk mengamankan kasus Bantuan Dana Sosial Provinsi Sumut yang menjerat Gatot. Mereka, kata dia, hanya membahas upaya islah.
"Adakah soal bantuan perkara? Satu kalimat tidak ada, satu kata tidak ada 'oh tolong saya ada perkara, saya mau jumpa si A si B' tidak ada," katanya.
Dia menegaskan, pernyataannya ini adalah suatu kebenaran. Surya bahkan siap membuktikan perkataannya ini.
"Itulah kebenaran itu kesaksian penuh. Kalau diperlukan rekonstruksi ulang, kenapa? Karena bisakah orang tidak punya kebenaran bicara seperti ini dan challenge? Saya kira tidak," katanya.