Uskup Agung Jakarta: Merawat Bumi Rahim Pangan Kita
Setiap tanggal 16 Oktober, Gereja Katolik ikut memperingati Hari Pangan Sedunia sebagai wujud keterlibatan Gereja di tengah keprihatinan dunia ini.
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Gusti Sawabi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA-- Setiap tanggal 16 Oktober, Gereja Katolik ikut memperingati Hari Pangan Sedunia sebagai wujud keterlibatan Gereja di tengah keprihatinan dunia ini.
Dalam Surat Gembalanya, Uskup Keuskupan Agung Jakarta, Mgr Ignatius Suharyo Pr mengatakan tidak bisa diingkari bahwa bumi seisinya memberi makanan kepada manusia agar hidup, dan sekaligus hidup manusia diharapkan juga memberi kehidupan pada seluruh ciptaan. Tepatlah menyebut bumi sebagai ibu bumi, karena dari rahimnya mengalir kehidupan.
Dan, hal ini pun ditegaskan Paus Fransiskus dalam ensiklik yang berjudul Laudato si’ (Pujian bagi-Mu ya Tuhanku) yang belum lama diterbitkan, bahwa bumi adalah rumah bersama yang perlu kita jaga. Bumi adalah sumber kehidupan kita.
Paus Fransiskus menuliskan ensikliknya dalam sebuah keprihatinan bahwa bumi ini makin rusak. Ada gejala pemanasan global yang mengacaukan keselarasan hidup manusia dan bumi. Ada kehancuran lingkungan yang mengakibatkan berbagai penderitaan.
"Dalam hal ini, Paus Fransiskus tidak mengada-ada, karena pernyataan-pernyataannya memang didukung data," tegas Suharyo Jumat (9/10/2015).
Terkait dengan semua itu, Paus menyebut keserakahan manusia sebagai salah satu sumber dari berbagai bencana itu. Salah satu hal yang disebut Paus sebagai wujud keserakahan adalah “budaya mudah membuang” yang menjadi ciri orang jaman ini.
"Tidak hanya barang yang dibuang, tetapi juga makanan. Akibatnya, bukan hanya sampah yang menumpuk, tetapi juga pemborosan dan penderitaan banyak orang yang seharusnya berhak atas makanan yang dibuang itu," jelas Suharyo.
Dia tegaskan, keprihatinan atas rusaknya bumi tidak hanya menjadi keprihatinan Paus. Terkait dengan hal ini, Perserikatan Bangsa-bangsa dalam peringatan Hari Lingkungan Hidup 5 Juni 2015 yang lalu, mengangkat tema Mimpi dan Aksi Bersama untuk Keberlanjutan Kehidupan di Bumi.
"Tema ini jelas menunjukkan bahwa hidup seluruh manusia tergantung pada satu bumi, dan demi berlangsungnya hidup yang lebih baik di masa depan, bumi harus dijaga baik-baik."
Kata dia, tema-tema yang mencerminkan keprihatinan pada kondisi bumi sungguh sangat relevan untuk Indonesia. Salah satu yang paling kentara adalah pulau Jawa, yang dulu dikenal sebagai lumbung padi karena kesuburannya.
Tetapi sekarang penduduk di pulau Jawa harus mendatangkan padi dari luar Jawa, bahkan dari luar negeri. Sekarang tampaknya situasi menjadi lebih buruk.
Selama musim kemarau ini banyak daerah di Jawa yang mengalami kekeringan, termasuk beberapa daerah yang belum pernah mengalaminya.
Data Perwakilan Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-bangsa di Indonesia (30 Mei 2015) menyebutkan 19,4 juta penduduk Indonesia (7,9%) masih menderita kelaparan pada tahun 2014-2015
Melihat semua hal itu, apakah kita mau berdiam diri? Apakah kita tidak mau mengubah kebiasaan kita? Demikian Uskup KAJ ini mempertanyakan.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.