Djunah Percaya Jadi Presiden Tidak Mudah
Djunah tak kecewa jika hasil kerja Jokowi dalam setahun terakhir belum seperti yang dijanjikannya
Penulis: Taufik Ismail
Editor: Hendra Gunawan
PARA pengamat silih berganti mengkritik Jokowi dari berbagai sudut pandang. Namun, Hajjah Djunah, pemilik warung tegal (warteg), bergeming. Dia tetap percaya Jokowi akan membawa bangsa Indonesia ke arah yang lebih baik, seperti janjinya pada masa kampanye pilpres.
"Saya tidak terlalu mengerti masalah begituan, ekonomi, hukum, atau lainnya, yang saya tahu, jadi presiden itu tidak mudah," ujar Djunah di warungnya di dekat Masjid Sunda Kelapa, Jakarta Pusat, pekan lalu.
Menurut Djunah, menyelesaikan persoalan bangsa tidaklah semudah membuang masakan basi. Selain itu, untuk membawa Indonesia ke arah yang lebih baik juga perlu waktu lebih dari setahun. Karena itu, Djunah tak kecewa jika hasil kerja Jokowi dalam setahun terakhir belum seperti yang dijanjikannya. "Kan baru setahun, saya percaya saja sama Pak Jokowi," katanya.
Djunah memiliki kedekatan emosional dengan Jokowi. Wanita berusia 65 tahun itu tak hanya sekali melayani Jokowi santap siang. "Dulu (Jokowi) pernah beberapa kali ke sini, biasanya setelah dari Masjid Sunda kelapa," katanya.
Tiga foto yang menunjukkan tiga situasi berbeda dipajang di warung itu. Dua di antaranya adalah foto Jokowi sedang mampir di warteg Djunah sedangkan satu foto lainnya menunjukkan Djunah diterima Jokowi di Istana Kepresidenan.
Pertemuan-pertemuan dengan Jokowi, membuat Djunah menjadi pengagum berat mantan Walikota Solo tersebut.
Djunah diundang ke Istana beberapa bulan setelah Jokowi menjadi presiden. Sampai sekarang dia tidak tahu alasan Joko Widodo mengundang dirinya bersama empat pedagang lainnya ke Istana.
"Saya tidak tahu kenapa diundang, mungkin karena (Jokowi) sering makan di sini atau karena doa saya," kata perempuan yang membuka usaha warteg sejak tahun 1963 itu.
Djunah mengaku, pada saat Jokowi masih menjabat Gubernur DKI dan mampir ke warungnya, Djunah memberi dukungan dan mendoakan Jokowi jadi presiden. Saat itu, kata Djunah, Jokowi hanya tersenyum. Ketika akhirnya Jokowi menjadi RI 1 dan Djunah diundang ke Istana, Djunah pun merasa senang. "Mungkin karena doa saya dikabulkan dan Pak Jokowi ingat ucapan saya," tuturnya.
Jokowi bukanlah tokoh nasional yang pernah mampir di warteg Djunah. Anas Urbaningrum, saat menjadi Ketua Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) juga pernah jadi pelanggan wartegnya. Markas HMI yang terletak di dekat warteg Djunah membuat para aktivis HMI kerap mampir di warung Djunah untuk mendapatkan sumber energi.
"Warung ini kan dekat kantor HMI, mereka sering makan di sini, termasuk Pak Anas," tuturnya.
Saat itu, Djunah mendukung dan mendoakan Anas jadi pejabat. Sekian tahun kemudian, Anas terpilih menjadi komisioner KPU, anggota DPR, dan Ketua Umum Partai Demokrat. Anas kemudian terjerat kasus korupsi dan kini ditahan di LP Sukamiskin, Bandung.
Sebagai pedagang makanan, Djunah setiap hari belanja sayur, lauk, dan sebagainya. Perempuan asal Tegal tersebut mengakui, selama pemerintahan Jokowi, harga bahan-bahan pokok terus merangkak naik. Kondisi tersebut membuat Djunah menaikkan harga makanan.
"Sejak harga BBM naik sampai hingga sekarang, ada saja barang yang harganya naik," katanya.
Djunah menilai, kenaikkan harga makanan di warungnya, belum sampai tahap menurunkan jumlah pengunjung. Dia menduga kenaikkan harga tersebut masih terjangkau oleh pelanggannya. "Kalau sekarang belum terlalu terasa, tapi naik terus, pasti akan terasa," ujarnya.
Djunah berharap, Jokowi-JK bisa segera memperbaiki perekonomian sehingga harga bahan pokok stabil dan harga BBM bisa turun. Menurutnya, kenaikkan harga BBM berpengaruh terhadap harga barang-barang.
"Saya inginnya, harga kebutuhan sehari-hari terjangkau, itu saja. Kalau masalah politik dan lain-lain, saya tidak mengerti," ujarnya. Djunah juga berharap ada kemudahan kredit usaha kecil dan aturan yang memperlancar usaha kecil.
Berada di antara puluhan pedagang makanan yang di depan Masjid Sunda Kelapa, Menteng, Jakarta Pusat, tampilan warteg Djunah tak berbeda dari kebanyakan warteg di tempat lain.
Warteg yang diapit oleh warung kelontong dan gerobak soto, memiliki 10 karyawan. Namun, Djunah pun masih turun tangan untuk memasak maupun melayani pelanggan. Sesekali, Djunah juga mengajak ngobrol pelanggan warungnya. (Tribunnews/Taufik Ismail)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.