KRI Spica, Kapal Survei Bawah Laut Tercanggih di Asia Segera Perkuat Armada TNI AL
TNI Angkatan Laut kembali kedatangan kapal perang canggih, KRI Spica, yang berfungsi untuk memperkuat penyediaan data dan informasi peta laut.
Penulis: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - TNI Angkatan Laut akan kedatangan kapal perang canggih, KRI Spica, yang berfungsi untuk memperkuat penyediaan data dan informasi peta laut.
Pada hari Sabtu lalu (17/10/2015) telah dilakukan commissioning atau upacara penerimaan kapal yang dipimpin Kepala Staf TNI AL (Kasal) Laksamana Ade Supandi di dermaga PT OCEA Shipyard Company, Kota Les Sables d'Olone, Perancis.
Upacara ini diawali dengan tradisi penamaan kapal, atau shipnamming oleh Ibu Endah Ade Supandi, selaku ibu kandung kapal dengan tata tradisi memecahkan kendi di lambung kapal sebagai pertanda kelahiran kapal.
"Kemudian dilanjutkan dengan pernyataan yang menegaskan kapal tersebut telah bergabung ke jajaran kekuatan pertahanan Republik Indonesia dengan nama KRI Spica. Nama KRI Spica diambil dari nama salah satu bintang sebagai simbol acuan bernavigasi," kata Kadispenal Laksamana Pertama M Zainudin dalam rilis yang diterima Tribunnews.
Dijelaskannya, Kasal berpesan kepada Komandan KRI Spica dan crew agar mempertahankan kesiapan kondisi teknis sebelum menjalani pelayaran pulang ke tanah air.
"Termasuk agar komandan kapal dan crew juga meningkatkan kemampuan memahami semua peralatan canggih yang ada di kapal dengan memanfaatkan hasil pelatihan selama di galangan OCEA," lanjut Zainudin.
Kapal kedua
KRI Spica merupakan kapal kedua jenis OSV (Oceanographic Offshore Support Vessel) yang dipesan Indonesia ke PT OCEA Shipyard Company, Perancis.
Kapal pertama yang diberi nama KRI Rigel 933 telah tiba di Indonesia pada bulan Mei 2015 lalu.
Sesuai fungsinya, keistimewaan kapal ini terletak pada deretan instrumen khusus penera hidrologis dan oseanografis.
Kapal buatan Perancis ini mampu membedakan lapisan demi lapisan air laut di kedalaman, hingga mengenali perbedaan salinitas dan pergerakan arus air.
Kelebihan lainnya, kedua kapal ini dibekali autonomous underwater vehicle (AUV).
Perangkat yang kerap disebut ROV (remotely operated vehicle) ini sanggup mengemban misi survei bawah air hingga kedalaman 6.000 meter.
Kapal yang disebut sebagai kapal survei tercanggih di Asia ini juga bisa membedakan apakah obyek yang dijumpai itu metal, bahan organik, dan sebagainya.
"Dengan keberadaan kapal ini, Kasal juga menyatakan kekuatan pertahanan matra laut nantinya semakin kokoh dalam menunjang program pemerintah sebagai poros maritim dunia," tandas Zainudin.