Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
DOWNLOAD
Tribun

Sopir Bajaj Jokowi Belum Terima Kartu Sakti

Sebagai bagian dari interior hotel milik seorang pengusaha jamu, kedua bajai selalu dalam kondisi terawat

Penulis: Taufik Ismail
Editor: Hendra Gunawan

BAJAJ warna biru yang digunakan Joko Widodo dan Jusuf Kalla ketika mendaftar sebagai calon presiden dan wakil presiden di kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU), kini menjadi pajangan sebuah hotel bintang lima di Yogyakarta. Sebagai bagian dari interior hotel milik seorang pengusaha jamu, kedua bajai selalu dalam kondisi terawat dan tak lagi kepanasan maupun kehujanan.

Sementara dua pengemudi bajai yang mengantar Jokowi dan JK, tak berubah, Keduanya, Bori dan Rahmat Kurniawan atau Mamat, tetap menjadi pengemudi bajaj. Malah, mereka harus bekerja lebih keras karena muncul pesaing baru di jasa transportasi yakni ojek berbasis aplikasi.

Mamat lebih sering mangkal di dekat Stasiun Juanda, Jakarta Pusat. Lokasi itu berjarak sekitar 100 meter dari Masjid Istiqlal atau sekitar 500 meter dari Istana Kepresidenan.

Mamat mangkal di dekat stasiun karena mengincar penumpang kereta komuter yang perlu ganti moda angkutan untuk mencapai tujuannya. Pada hari kerja, penumpangnya adalah orang-orang yang perlu ke kantor-kantor di sekitar Monas.

"Paling sering antar penumpang ke Kemendagri, BPS (Badan Pusat Statistik), dan kantor-kantor sekitaran Monas," ujarnya.

Mamat mengatakan tidak ada yang berubah dalam setahun terakhir. Setiap hari, Mamat mengemudikan bajaj mulai pukul 14.00 WIB hingga pagi. Setelah menyerahkan bajaj kepada pengemudi shift pagi, Mamat membantu pamannya yang punya usaha warung makan.

Sekitar pukul 10.00 WIB, Mamat baru pulang ke kamar kontrakan di kawasan Kebon Jeruk, Tamansari, Jakarta Barat. "Hanya untuk mengistirahatkan kepala," kata ayah dua anak itu.

Berita Rekomendasi

Kamar kontrakan bertarif Rp 40 ribu per minggu itu, ditempati Mamat bersama tiga kawannya. Lewat tengah hari, Mamat siap-siap untuk narik bajaj lagi.

Sambil menyeka keringat di dahi menggunakan handuk kecil, Mamat curhat tentang beratnya hidup di Jakarta. Apalagi di tengah persaingan jasa transportasi yang semakin ketat. Sebagai pengemudi bajaj, pendapatan Mamat adalah total pemasukan dikurangi setoran dan biaya bahan bakar.

"Kadang hanya Rp 30 ribu tapi kadang-kadang dapat Rp 50 ribu sampai Rp 60 ribu," kata pria 34 tahun yang telah mengadu nasib di Jakarta sejak 1995.

Pendapatannya semakin tipis ketika, beberapa waktu lalu, pemerintah mengurangi subsidi BBM sehingga harga premium naik.

Bajaj yang dikemudikan Mamat adalah kendaraan bermesin 4 langkah yang bisa menggunakan bahan bakar gas (BBG) maupun bensin. Sebenarnya, Mamat bisa menghemat biaya bahan bakar jika dia menggunakan BBG. "Cuma ngisinya jauh, harus ke Daan Mogot, sementara saya nariknya malam. Jadi, mending pakai bensin," katanya.

Beratnya hidup di Jakarta membuat Mamat meninggalkan anak dan istrinya di Dusun Blok Bledug, Desa Cipanas, Dukuh Puntang, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Sekali dalam sebulan, Mamat pulang ke Cirebon.

Bajaj yang digunakan untuk mengantar Jokowi adalah bajai milik kerabat Mamat. Ketika bajai itu dibeli pengusaha Irwan Hidayat, Mamat kecipratan rezeki. Uang itu dibelikan motor untuk keluarganya di Cirebon.

Halaman
12
Tags:
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Klik Di Sini!
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas