Buruh Bertahan Walau Disemprot Air
Mereka masih memadati Jalan Medan Merdeka Utara sambil berorasi.
Penulis: Taufik Ismail
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Hingga Jumat petang, (30/10/2015) ratusan buruh yang berunjukrasa di depan Istana belum juga membubarkan diri.
Mereka masih memadati Jalan Medan Merdeka Utara sambil berorasi. Bahkan ada sebagian yang duduk bersila sambil melakukan dzikir.
Di sudut lain 50 meter dari pengunjuk rasa, ratusan polisi bersiaga. Satu water canon dan mobil rantis disiagakan di pertigaan antara Jalan medan Utara dan Medan Merdeka Barat.
Selain itu beberapa ratus meter dari Istana, tepatnya di Bundaran Patung Kuda, ratusan polisi juga disiagakan mengantisipasi unjukrasa berunjung ricuh.
Tepat pukul 19.00 Wib, kerumunan buruh disemprotkan air dari arah istana. Semprotan air tersebut bukannya membuat buruh bubar namun malah Makin berteriak. Bahkan sebagian dari mereka ada yang tertawa.
"Jangan takut air, kita tidak takut air. Tuntutan kita tidak ada kompromo lagi," ujar salah seorang buruh dari atas mobil komando.
Belum tampak tanda-tanda unjukrasa akan berakhir. Buruh masih berkukuh berdiri di depan istana dan menyerukan tidak akan bubar hingga tuntutannya dikabulkan.
"Kita masih solid, kita tidak akan bubar," teriak salah seorang buruh.
Pantauan Tribunnews, Jalan disekiitar Istana dialihkan, sepanjang Jalan medan Merdeka Barat ditutup dan dialihkan.
Mereka yang hendak menuju daerah kota dari jalan Thamrin dialihkan melalui depan Balikota DKI dan Gambir, begitu juga sebaliknya.
Sebelumnya Presiden Konfederansi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia Andi Gani Nena Wea memimpin perjuangan para buruh demi menuntut dicabutnya Peraturan Pemerintah No. 78 Tahun 2015.
Ribuan buruh masih memadati jalan raya di depan Istana Merdeka, Jakarta Pusat, Jumat (30/10/2015). Mereka masih melantangkan suara mereka demi menuntut dicabutnya PP tersebut.
"Yang mau berjuang, yang mau bergerak, semuanya adalah kebanggan. Apa pun yang terjadi pada malam ini, ini adalah langkah perjuangan para buruh, semuanya teriaaaak," ujar Andi di atas mobil bak dengan pengeras suara, yang disambut para buruh yang berteriak, "Hidup!"
Dalam orasinya, Andi mengingatkan para buruh agar tidak melempar-lempat benda apa pun ke arah pihak kepolisian atau ke arah Istana, "Kita buruh yang terdidik dan militan," imbuhnya.
Andi juga mengimbau kepada para buruh wanita untuk berdiri di barisan belakang untuk menghindari bila ada kejadian yang tidak diharapkan terjadi.