Cerita Kedekatan Khofifah dengan Suku Anak Dalam
Untuk laki-laki biasanya hanya mengenakan cawat dari kain, sementara perempuan mengenakan balutan kain
Penulis: Imanuel Nicolas Manafe
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Sosial, Khofifah Indar Parawangsa mengungkapkan kedekatannya dengan para penduduk asli Suku Anak Dalam yang tinggal di pedalaman Taman Nasional Bukit Duabelas (TNBD), Jambi.
Ia mengaku menghapal betul postur tubuh dari Suku Anak Dalam, terutama bagian rambut mereka. Menurutnya, ciri khas yang dimiliki oleh Suku Anak Dalam yaitu bagian rambut yang tebal.
"Dari anak-anak itu, rambutnya mereka memang tebal-tebal," ujar Khofifah di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (2/11/2015).
Khofifah mengatakan kebanyakan dari mereka tidak menggunakan pakaian seperti warga pada umumnya. Untuk laki-laki biasanya hanya mengenakan cawat dari kain, sementara perempuan mengenakan balutan kain.
"Ya memang begitu pakaiannya," kata Khofifah.
Suku Anak Dalam atau dikenal dengan sebutan 'orang rimba' ini kebanyakan mata pencahariannya berburu untuk laki-laki. Biasanya mereka memelihara beberapa anjing untuk membantu mereka mencari hewan buruan.
Alat yang digunakan orang rimba untuk berburu biasanya tombak yang dibuat dari dahan kayu, yang ujungnya diikat semacam pisau. Hewan yang menjadi buruan para orang dalam ini biasanya babi hutan, kijang dan kera.
Kehidupan orang rimba ini nomaden atau berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain.
Khofifah juga menjelaskan bahwa Suku Anak Dalam memiliki kelompok-kelompok mereka masing-masing. Tiap kelompok dipimpin oleh yang dinamakan Tumenggung, termasuk Tumenggung Grib yang bertemu dengan Presiden Joko Widodo dan menorehkan tanda tangannya beberapa waktu lalu.
"Mereka di TNBD ini kan bertumenggung-tumenggung. Jadi tempat pertama dan kedua beda tumenggung. Tumenggung itu seperti kelompok lah ya. Kalo di KAT itu tumenggung Grib. Yang di pertama (bertemu Presiden), mereka yang dari dalam, karena hutannya terbakar, mereka kepinggir," kata Khofifah.
Suku Anak Dalam, kata Khofifah, pernah juga mendapat perhatian dari pemerintahan masa lalu, terutama pada masa kepemimpinan Presiden ke-3 RI, Almarhum Abdurrachman Wahid atau Gus Dur.
"Jadi gini, KAT (Komunitas Adat Terpencil) itu ada Perpresnya, ini bukan sesuatu ujug-ujug. Ini d thn 70 an, namanya program Pemukiman Kembali Masyarakat Terpencil. PKMT, Waktu Gus Dur jadi Presiden, itu 9 wilayah di TNBD jangan dibikin konservasi apapun, ini untuk orang rimba TNBD, penamaan lengkap itu oleh Gus Dur. Ini riwayatnya panjang," kata Khofifah.
Khofifah juga beberapa kali menyambangi langsung Suku Anak Dalam yang berada di pedalaman TNBD. Ia pun mengenal betul jarak yang harus ditempuh Presiden Jokowi ketika menemui Suku Anak Dalam, baik yang sudah masuk dalam program Komunitas Adat Terpencil (KAT) dan yang masih benar-benar di pedalaman.
"Sekirar 500 sampai 600 meter. Presiden kesana naik mobil," ucap Khofifah.