Cerita Yoyok, Duduk di Samping Sopir Dikira Bukan Bupati
Menurut dia, hanya gedung Graha Niaga yang menyambutnya sebagai seorang bupati.
Penulis: Amriyono Prakoso
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Gelak tawa membahana seluruh penonton yang hadir saat Bupati Batang, Yoyok Riyo Sudibyo, berkelakar ketika menerima penghargaan Bung Hatta Anti-Corruption Award (BHACA) 2015 di Gedung Graha Niaga Jakarta, Kamis (5/11/2015), malam.
Menurut dia, hanya gedung Graha Niaga yang menyambutnya sebagai seorang bupati.
"Saya baru pertama ini dianggap Bupati, masuk ke tempat yang tidak mengenal saya dan menyambut saya beneran," ujarnya dengan nada bercanda seraya disambut riuh tawa penonton.
"Saya semalem ke stasiun televisi, sudah pakai batik rapi, duduk sebelah sopir saja masih ditanya, mana pak bupatinya? Nah saya ini dianggap apa?" Yoyok menambahkan.
Belum habis sampai disitu, dia bercerita bahwa dengan wajah yang lebih mirip seorang ajudan, dirinya pernah tidak diperbolehkan untuk menandatangani kontrak perjanjian dengan salah satu pihak swasta di Kabupaten Batang.
"Maaf pak, hanya bupati yang boleh tanda tangan. Kata pegawai itu ke saya, lha saya ini bupatinya, masa enggak boleh tanda tangan? Mau ditandatangani siapa lagi?" lanjutnya.
Namun, Alumni Akademi Militer tahun 1994 itu menceritakan bahwa ada juga saat dirinya sangat jenuh dan tidak nyaman dengan kondisi pemerintahan Kabupaten Batang. Dia akhirnya memanggil ibunya untuk datang ke kantor dan menangis di pangkuan sang ibu
"Ini saya cerita benar. Tampang kayak saya ini masih bisa nangis ternyata, lebay memang, tapi ya kan cuma saya ini yang lebay. Mbak Risma (Tri Rismaharini eks wali kota Surabaya) enggak," ungkapnya.