PAN dan Sinyal Kekuasaan
Di tengah berbagai wacana perombakan kabinet ini, Zulkifli terlihat memilih berusaha banyak diam.
Editor: Hasanudin Aco
"Saya kemarin bermalam di Surabaya. Nanti saya sempat mau bermalam lagi di Jawa Timur. Tetapi, tiba-tiba Pak Jokowi minta agar saya ke Lampung bersama-sama. Jadi, sore ini saya kembali lagi ke Jakarta," kata Zulkifli, saat di Tuban.
Pertemuan
Seusai memimpin kampanye di Tuban dan Lamongan, Kamis (5/11) sore, Zulkifli segera pulang ke Jakarta. Ini karena pada Jumat (6/11) siang, ia diundang Presiden untuk mengikuti kunjungan kerja selama dua hari ke Lampung dan Sumatera Selatan.
Di tengah isu perombakan kabinet yang memanas, genap dua kali dalam pekan ini Zulkifli bertemu Presiden atas undangan langsung dari Presiden.
Selasa (3/11), ia juga diundang Presiden untuk jamuan kenegaraan dengan Presiden Finlandia Sauli Vainamo Niinisto, di Istana Negara. Saat itu, ia bahkan duduk bersebelahan dengan Presiden.
Pada saat yang sama, Selasa itu, para petinggi partai politik koalisi pendukung pemerintah mengadakan pertemuan di rumah Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri, di Teuku Umar, Jakarta Pusat. Perwakilan PAN tidak hadir dalam pertemuan itu.
Eskalasi isu perombakan kabinet, tak mengherankan, ikut memancing rasa penasaran warga. Saat mengunjungi pasar tradisional di Lamongan, seorang pedagang di pasar, sembari melayani Ketua DPP PAN Viva Yoga Mauladi yang sedang berbelanja mengatakan, "Kalau menurut saya, PAN pasti dapat kursi menteri, Pak," celetuk pedagang itu. Viva Yoga hanya tersenyum, lalu tertawa kecil.
Sampai sekarang, pemberian kursi kabinet ke PAN terus berkembang menjadi isu politik. Meski memilih irit bicara, Zulkifli saat di Sukabumi telah menyatakan, tak bisa dinafikan, partai politik perlu merebut kekuasaan.
Jika tidak, partai politik menjadi tidak berdaya, sama saja dengan ormas. Sinyal telah ditangkap, Pak. (AGNES THEODORA)