Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Batalyon Kavaleri 2 Ambarawa Panen 1,3 Ton Padi Hitam

Tanaman padi di sawah milik serdadu itu bukan padi biasa, melainkan tanaman padi hitam. Sebuah varietas padi Nusantara yang sudah makin langka.

Editor: Gusti Sawabi
zoom-in Batalyon Kavaleri 2 Ambarawa Panen 1,3 Ton Padi Hitam
Kompas.com/ Syahrul Munir
Panen perdana padi hitam oleh anggota di Batalyon Kavaleri 2/Tank Turangga Ceta Ambarawa bersama Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan (Distanbunhut) Kabupaten Semarang di kompleks persawahan milik TNI di Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang, Selasa (5/1/2016) siang. 

Tribunnews.com, Ambarawa - Sepintas lahan sawah di kompleks markas Batalyon Kavaleri 2/Tank Turangga Ceta Ambarawa, Jawa Tengah, ini sama seperti sawah pada umumnya.

Tanaman padi yang sudah menguning menjuntai ke bawah menandakan bulir beras itu siap untuk dipanen.

Tanaman padi di sawah milik serdadu itu bukan padi biasa, melainkan tanaman padi hitam. Sebuah varietas padi Nusantara yang sudah makin langka.

Penanaman padi hitam ini boleh dikatakan adalah uji coba. Mulai dikembangkan di lahan sawah milik TNI di Ambarawa sejak pertengahan 2015.

Kerangka besarnya adalah demi mencapai ketahanan pangan secara nasional, yang beberapa waktu lalu oleh Presiden Joko Widodo. Tugas ini juga dibebankan pada TNI.

"Bibitnya kami datangkan dari daerah Karangpandan, Kabupaten Karanganyar. Yang nanam dan merawat adalah para anggota, dibimbing oleh penyuluh lapangan dari Dinas pertanian," kata Danyonkav 2/Tank Turangga Ceta Ambarawa Mayor Kav Kristiyanto di sela panen perdana padi hitam di kompleks persawahan milik TNI di Ambarawa, Selasa (5/1/2015).

Pada panen perdana dari lahan seluas 2.800 meter persegi, didapatkan hasil sebanyak 1,3 ton beras hitam.

Berita Rekomendasi

Produktivitas padi hitam ini tidak sebanyak dari panenan padi biasa. Hanya dua pertiga dari panenan padi biasa. Namun, menurut Kristiyanto, beras hitam lebih menguntungkan karena harga jual dipasaran cukup tinggi hingga mencapai Rp 30.000 per kilogram.

"Dari segi ekonomi cukup menjanjikan, bisa mendukung perekonomian anggota karena hasil jualnya itu harganya cukup tinggi dari padi jenis lain," ujar Kristiyanto.

Hasil panen perdana ini memang membanggakan. Namun bagi Kristiyanto, tugas belum selesai. Ia bersama keluarga besar Batalyon Kavaleri 2/Tank Turangga Ceta Ambarawa bertekad akan mengembangkan padi hitam ini di lahan yang lebih luas lagi.

Kristiyanto akan melipatgandakan luas lahan yang ditanami padi hitam pada masa tanam kedua ini 12 kali lebih luas.

"Hasil panen perdana ini sebagian coba dikonsumsi untuk para anggota dan sebagian lainnya untuk pembibitan di masa tanam yang kedua ini. Rencananya akan kami tanam dilahan seluas 3,5 hektar," kata dia.

Penyuluh pertanian Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan (Distanbunhut) Kabupaten Semarang, Sariman, mengatakan bahwa penanganan padi hitam ini menggunakan sistem semi organik dengan meminimalisasi penggunaan pupuk kimia.

Kendala dalam pengembangan padi hitam ini, selain dalam hal perawatan sedikit lebih sulit dari padi biasa, bibitnya juga langka sehingga terkesan belum popular di masyarakat.

Dengan keberhasilan uji coba penanaman padi hitam di lahan milik TNI ini, para petani di Ambarawa diharapkan dapat mulai belajar menanam padi varietas asli Indonesia tersebut.

"Kita akan mengundang petani dari luar untuk mengadakan temu lapang. Untuk membuktikan bahwa padi hitam ternyata cocok di sini dan produksinya cukup menjanjikan," kata Sariman.
(Kontributor Ungaran, Syahrul Munir)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas