Kisah Allya Korban Malapraktik Pengobatan Chiropractic
Alfian Helmy Hasjim, ayah Allya Siska Nadya (33), mengenang sosok anaknya yang diduga menjadi korban malapraktik pengobatan chiropractic.
Penulis: Glery Lazuardi
Editor: Sugiyarto
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Glery Lazuardi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Alfian Helmy Hasjim, ayah Allya Siska Nadya (33), mengenang sosok anaknya yang diduga menjadi korban malapraktik pengobatan chiropractic.
Mantan Vice President Communication PT PLN itu mencoba menahan tangis saat bercerita mengenai anak bungsu pemberi semangat dan warna di keluarga itu.
Dia menilai Allya sosok pekerja keras. Selama 8 sampai 10 jam setiap hari, wanita itu bekerja di depan komputer. Ini membuatnya sering mengeluh sakit di punggung sebelah kiri.
Tak kuasa menahan rasa sakit, Allya sempat memeriksakan kesehatan ke Rumah Sakit Pondok Indah pada 2014. Hasil rontgen menunjukan ada kelainan di tulang belakang.
Pada awalnya, dia menjalani pengobatan di fisioterapi. Namun, setelah 3 bulan, keluhan itu kembali datang.
Hingga akhirnya, dia melihat promosi klinik Chiropractic First di Pondok Indah Mall (PIM) 1. Dia mengikuti program 40 kali yang dibayar senilai Rp 17 juta.
"Datang ke klinik itu tujuan untuk sehat. Sebenarnya tidak ada masalah saat datang pada 5 Agustus 2015. Dia melihat ada promosi (Chiropractic First,-red) bisa mengembalikan kelainan tulang belakang di PIM," tutur Alfian kepada wartawan, Jumat (8/1/2016).
Hasil rontgen di Rumah Sakit Pondok Indah dibawa ke klinik Chiropractic First di Pondok Indah Mall (PIM) 1.
Oleh pihak Chiropractic First hasil ronteng ini menjadi rujukan untuk menjalani pengobatan.
Dokter Randall Cafferty asal Amerika Serikat menangani pengobatan Allya.
Dia dibantu seorang penerjemah yang berkomunikasi secara langsung dengan pasien.
Ada keinginan dari Allya supaya segera sembuh karena ingin fokus menjalani pendidikan S2 di Paris, Prancis.
Alangkah terkejut ibu Allya saat mengantar anaknya menjalani pengobatan.
Sebab, ada beberapa gerakan menekan tulang pada titik tertentu.
Pengobatan itu dilakukan dua kali dalam kurun waktu sehari.
Pada 6 Agustus, Alfian menerima kabar buah hatinya itu menderita sakit.
Lalu, pihak keluarga membawa korban ke Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Pondok Indah.
Dia melihat anaknya itu merasa sakit di leher, lengan, dan di punggung.
Pada keesokan hari pukul 06.00 WIB, Allya mengembuskan napas terakhir.
Dia sedih karena ini anak bungsu yang memberikan semangat dan warna di dalam keluarga.
Ini ditambah kenyataan anaknya gagal berangkat ke Paris seperti yang dijadwalkan pada 18 Agustus.
"10 hari yang akan datang pergi sekolah untuk menatap masa depan. Tetapi itu semua sirna karena dia dipanggil Allah SWT. Saya melihat Allya di UGD sampai berpulang," kata dia.
Setelah dinyatakan meninggal dunia, pihak keluarga segera mengurus jasad Allya sampai dikebumikan.
Tidak ada perasaan curiga terhadap pihak klinik chiropratic first yang diduga melakukan malapraktik sehingga mengakibatkan Allya tewas.
Namun, belakangan baru diketahui, ada kejanggalan dimana tempat itu diyakini tidak mempunyai izin dan tenaga medis juga tidak berkompetensi melakukan tindakan medis.