Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Istri Kurir Korban Bom Sarinah: Saya Nggak Dendam, Biarlah Allah yang Balas

Eni Sulastri (49) sudah mengikhlaskan kepergian suaminya, seorang kurir bernama Sugito yang tewas akibat peledakan kelompok teroris di Sarinah.

Penulis: Abdul Qodir
Editor: Dewi Agustina
zoom-in Istri Kurir Korban Bom Sarinah: Saya Nggak Dendam, Biarlah Allah yang Balas
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Kapolri Jenderal Pol. Badrodin Haiti (kiri) didampingi Wakapolri Komjen Pol. Budi Gunawan (kanan) berfoto bersama usai menyerahkan santunan kepada keluarga korban meninggal bom Sarinah di Gedung Mabes Polri, Jakarta, Jumat (22/1/2016). Mabes polri memberikan santunan kepada keluarga korban bom Sarinah yang meninggal yaitu Sugito, Rico Darmawan, dan Rais Karna sebagai bentuk belasungkawa kepada keluarga korban bom Sarinah. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Eni Sulastri (49) sudah mengikhlaskan kepergian suaminya, seorang kurir bernama Sugito (43) yang tewas akibat peledakan kelompok teroris di pos polisi kawasan Sarinah, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Kamis pekan lalu.

Ia mengembalikan kepada Sang Pencipta untuk menghukum para pelaku.

"Biar lah Allah yang membalasnya. Saya nggak ada dendam. Biarkan saja," ucap Eni usai penerimaan santunan keluarga korban teror Thamrin dari Kapolri Jenderal Pol Badrodin Haiti di ruang perjamuan Mabes Polri, Jakarta, Jumat (22/1/2016).

Eni mengucapkan terima kasih atas kepedulian pihak Polri yang memberikan santunan kepada keluarga korban.

Namun, lebih dari itu, hati Eni dan keluarga lega karena akhirnya Polri mengklarifikasi status suaminya yang meninggal dunia di lokasi ledakan adalah sebagai korban dan bukan bagian kelompok pelaku.

"Tadinya saya syok dan sedih banget suami saya sudah meninggal jadi obrolan orang banyak. Sekarang sudah ketahuan, suami saya adalah korban," ucapnya.

Eni berupaya tegar meski masih dalam kemelut kesedihan sepeninggal sang suami. Kini, pikirannya tertuju pada kelanjutan nasib dirinya dan pendidikan dua anaknya.

Berita Rekomendasi

"Sedih lah, saya masih terngiang-ngiang. Saya inginnya anak-anak bisa sekolah lancar sampai tamat. Kan ke depannya masih panjang," ujarnya.

"Anak kami ada tiga. Anak pertama sudah menikah, anak kedua kelas 2 STM dan anak ketiga kelas 1 SMP, 13 tahun," sambung Eni seraya menunjuk anak bungsunya.

Eni menceritakan, pada hari kejadian dikabari ada seorang korban meninggal dunia akibat ledakan bom di Jalan MH Thamrin yang mirip suaminya. Hati dan pikirannya saat itu melayang.

Yang dikhawatirkannya benar terjadi setelah saudaranya menginformasikan bahwa korban tersebut benar suaminya usai mengecek jenazah di RS Polri Kramat Jati, Jakarta Timur pada sore harinya.

"Saya ngobrol terakhir dengan bapak pas bapak mau berangkat kerja Kamis pagi. Dia biasa aja langsung pamit berangkat, nggak ngobrol, nggak ada firasat apa-apa," ucapnya.

Ia tak tahu pasti mengapa suaminya bisa menjadi korban ledakan di samping pos polisi depan gedung Sarinah.

"Dia saat itu memang lagi bekerja, perkiraan dia lagi melintas di situ, menyeberang di dekat pos polisi itu. Perkiraan dia naik angkot dari tempat kerjanya. Kan kerjanya memang antar kartu kredit dan surat di Jakarta Pusat," kata Eni.

Lantas Eni membenarkan, tiket kereta api yang ditemukan di tubuh suaminya adalah karena sebelumnya sang suami merencanakan pulang ke kampung halaman, Kebumen, Jawa Tengah, untuk menengok kondisi orang tuanya yang telah renta.

"Memang sebelumnya dia mau pulang kampung ke Kebumen, Jawa Tengah. Malah sudah beli tiket, mau menengok orang tua," ujarnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas