Difatwa Sesat, Pengurus Gafatar: Biarkan Saja itu Hak MUI Memfatwakan Sesuatu
Majelis Ulama Indonesia (MUI) akhirnya mengeluarkan fatwa sesat terhadap keberadaan organisasi Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar).
Penulis: Taufik Ismail
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan Tribunnews, Taufik Ismail
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Majelis Ulama Indonesia (MUI) akhirnya mengeluarkan fatwa sesat terhadap keberadaan organisasi Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar).
Setelah melakukan pengkajian, organisasi tersebut akhirnya divonis menyimpang oleh para ulama, Rabu (3/2/2016).
Fatwa dengan nomor registrasi 6/2016 tersebut ditanggapi dingin oleh pengurus Gafatar, salah satunya Yudi (35).
Pria yang menjadi pengurus di Dumai dan Rasau Jaya, Kalimantan tersebut mengaku tidak mau ambil pusing dengan fatwa itu. Sebagai sebuah organisasi, MUI mempunyai hak untuk mengeluarkan fatwa.
"Biarkan saja, MUI kan organisasi. Kalau dia memfatwakan sesuatu hak dia kok," katanya kepada Tribunnews, saat berada di Rumah Perlindungan Trauma Center, Bambu Apus, Jakarta Timur.
Namun meskipun acuh tak acuh terhadap fatwa yang dikeluarkan, Yudi yang telah bergabung Gafatar sejak 2012 tersebut tidak menerima apabila organisasinya disebut sesat.
Lantaran selama ini, ia mengaku tidak pernah melakukan penyimpangan dalam kegiatan organisasi maupun keagamaan.
Yudi menegaskan dua faktor yang mejadi dasar MUI memutuskan sesatnya Gafatar terlalu dipaksakan dan tidak sesuai dengan fakta yang sebenarnya.
Menurut Yudi alasan Gafatar mencampuradukan agama adalah salah. Para pengikut Gafatar hanya mengambil nilai-nilai spiritual dari sejumlah agama atau kepercayaan.
"Enggak lah (sesat) soalnya kita engga ngapa-ngapain. Kita tidak mencampuradukan agama kok, kita hanya mengambil nilai-nilai spiritual. Kita mengambil literatur," paparnya.
Bagi pria yang mengaku lulusan IPB tersebut, kitab suci merupakan literatur petunjuk kehidupan. Sehingga ia mengambil nilai-nilai spiritual dari kitab suci untuk meningkatkan kualitas hidup dan mengembangkan sumber daya manusia.
"Jadi kitab suci tuh sebagai literatur. Untuk mengembangkan sumber daya manusia. Kan kitab suci petunjuk hidup manusia," katanya.
Sementara itu terkait ajaran Milah Abraham, Yudi tidak menampiknya. MUI sebelumnya menyakan jika ajaran Milah Abraham yang ada Gafatar, merupakan salah satu unsur yang menunjukkan kesesatan.