Pesawat Tempur Jatuh, Komisi I Minta PT DI 'Disuntik' Dana Pemerintah
"Itu (pengadaan pesawat) lama juga. (perawatan) sulit. Ke Brasil selama 30 jam, bayangkan indent sparepart,"
Penulis: Ferdinand Waskita
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ferdinand Waskita
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota Komisi I DPR Syaiful Tamliha menyayangkan peristiwa jatuhnya pesawat tempur Super Tocano buatan Brasil di Malang, Jawa Timur.
"Itu (pengadaan pesawat) lama juga. (perawatan) sulit. Ke Brasil selama 30 jam, bayangkan indent sparepart," kata Tamliha di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (10/2/2016).
Tamliha meminta pemerintah sebaiknya lebih mengedepankan industri dalam negeri untuk pengadaan alat utama sistem pertahanan (Alutsista).
Caranya dengan memberikan fasilitas penyertaan modal negara (PMN) kepada PT Dirgantara Indonesia (DI) agar industri strategis berkembang dengan baik.
"Pastilah orang kita sangat pandai membikin pesawat itu, di PT DI," kata Politikus PPP itu.
Dengan memilih industri dalam negeri, Tamliha menyebutkan hal itu membuat Indonesia berdaulat secara militer.
"Ini berdaulat militer tapi Alutsistanya dari luar negeri," imbuhnya.
Wakil Ketua BKSAP itu juga mengingatkan industri strategis dalam negeri membuat Indonesia tidak tergantung negara luar.
"Kayak Alutsista dari Cina, kenapa enggak dari Indonesia? Kan lebih dulu Indonesia yang bisa buat pesawat ketimbang China," tuturnya.
Sebelumnya, sebuah pesawat tempur Super Tocano buatan Brasil, jatuh menimpa rumah milik Mujianto di Jalan Laksamana Adi Sucipto RT 3 RW 5 Blimbing Kota Malang, Jawa Timur, Rabu (10/2/2016).