KAHMI: Daerah Penghasil Energi tapi Rakyatnya Miskin
KAHMI menilai masih banyak masyarakat di wilayah tersebut yang rentan dari angka kemiskinan.
Penulis: Adiatmaputra Fajar Pratama
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Daerah penghasil energi di luar Pulau Jawa sudah dieksplorasi oleh kontraktor baik dari sektor migas, minerba, maupun Energi Baru Terbarukan (EBT).
Namun korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) menilai masih banyak masyarakat di wilayah tersebut yang rentan dari angka kemiskinan.
Ketua Dewan Pembina DPP KAHMI, Akbar Tandjung menilai pemerintah bersama pengusaha energi bisa melihat kondisi perekonomian masyarakat di wilayah sumber energi. Menurut Akbar mereka berhak mendapatkan keuntungan dari hasil eksplorasi sumber daya alam.
"Ini yang perlu diperhatikan bersama agar energi juga bisa dirasakan oleh masyarakat secara umum, dan khususnya pada masyarakat di daerah penghasil energi," ujar Akbar di kantor KAHMI, Rabu (24/2/2016).
Dalam pengembangan sektor energi, Akbar berharap para investor segera meninggalkan energi fosil. Sebab, selain cadangannya sudah menipis, masyarakat sekitar wilayah energi bisa mendapat banyak manfaat jika dikembangan EBT.
"Cadangan energi, khususnya fosil makin lama makin habis. Sebab itu bagaimana kita mampu mengembangkan EBT juga untuk masyarakat," kata Akbar.
Akbar menambahkan, ke depannya pemerintah harus bisa memberi dukungan khusus bagi warga yang tinggal dekat dengan sektor energi. Karena sumber daya alam di Indonesia, sebaiknya jangan hanya dimanfaatkan oleh pihak swasta apalagi asing.
"Ini yang harus menjadi fokus kita dalam memanfaatkan sumber daya energi di dalam negeri," kata Akbar.