Pengakuan Mengejutkan TKI yang Lolos dari Cengkeraman ISIS di Suriah
Sri menceritakan kondisi di Suriah, terutama di kota Raqqah tempat ia bekerja, sudah sangat tidak aman.
Editor: Rendy Sadikin
Bukan perkara mudah untuk keluar dari kota Raqqah.
Menurut Direktur Perlindungan WNI, tidak sembarang orang bisa keluar masuk dengan mudah di Raqqah.
Beruntung, KBRI memiliki seorang pengacara asal Suriah yang mau melakukan tugas evakuasi.
Dia mempunyai akses untuk masuk ke Raqqah dan kenal dengan pihak ISIS maupun pemerintah.
Sri dan pengacara asal Suriah itu harus berjalan secara sembunyi-sembunyi melewati jalur pegunungan selama 6 hari.
Ia tidak bisa menggunakan jalur yang biasa digunakan karena beberapa titik perbatasan di Raqqah telah dijaga ketat oleh anggota ISIS bersenjata lengkap.
Ia pun harus menggunakan cadar untuk menutup mukanya dan mengaku sebagai istri dari pengacara tersebut apabila bertemu dengan orang lain.
"Saya pakai cadar dan sarung tangan supaya tidak terlihat. Di jalan banyak kemah dan ditanya oleh orang-orang selama di jalan. Jadi mereka tidak tahu saya orang Indonesia. Kalau mereka tahu saya bisa dipenjara," kata Sri.
Setelah tiba di Aleppo ia melanjutkan perjalanan ke kota Damaskus selama 15 hari.
Damaskus merupakan kota di mana proses pemulangan ke Indonesia dilakukan oleh KBRI.
Selama perjalanan itu Sri mengaku tidak sempat membawa barang-barang pribadinya.
"Keluar dari Raqqah saya tidak bawa barang apapun. Yang penting selamat," ujarnya.
Selama 3 tahun bekerja di Raqqah, sudah banyak kekejaman ISIS yang ia saksikan sendiri.
Ia membenarkan berita mengenai kepala-kepala manusia yang diletakkan di pinggir jalan oleh anggota ISIS.