Di Negara Maju Buat Publik Murka, Di Indonesia Cuma Bikin Heboh
Yang menarik, di negara maju timbulkan kemarahan publik.
Penulis: Abdul Qodir
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Beberapa penonton tersenyum dan sebagian cengar-cengir saat pengamat pajak Yustinus Prastowo menyampaikan, dampak dibongkarnya skandal 'Panama Papers' di sejumlah negara membuat warganya marah dan tidak dengan di Indonesia yang sekadar membuat heboh.
Itu disampaikan Yustinus saat menjadi pembicara diskusi bertajuk 'Gempar Nama Dokumen Panama' di Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9/4/2016).
"Yang menarik, di negara maju timbulkan kemarahan publik. Di Indonesia tidak ada yang marah hanya menimbulkan kehebohan," kata Yustinus.
Pada Rabu, 4 April 2016, warga di seluruh belahan dunia digemparkan dengan pemberitaan bocornya dokumen milik firma hukum di Panama, Mossach Fonseca.
Dokumen yang dikenal dengan 'Panama Papers' itu berisi ribuan nama petinggi negara, pejabat publik, atlet dan orang tersohor yang mendirikan perusahaan di yuridiksi negara bebas pajak atau tax haven dan menyamarkan kepemilikan perusahaan cangkang (offshore) untuk menghindari pelacakan, termasuk pajak.
Data tersebut dilansir oleh ratusan media massa di negara masing-masing yang partner dari ICIJ (International Consortium of Investigative Journalists).
Panama Papers ini merupakan proyek global kesekian dari ICIJ. Pada 2013, konsorsium ini merilis data bocoran perusahaan offshore serupa, tapi dari sumber berbeda, yakni data hasil investigasi ICIJ pada tiga tahun lalu yang berjudul Offshore Leaks.
Bocornya Panama Papers tersebut membuat warga di beberapa negara maju rasa hingga berunjuk rasa hingga membuat otoritas terkait melakukan penyelidikan.
Bahkan, Perdana Menteri Islandia Sigmundur David Gunnlaugsson mengundurkan diri menyusul dirinya yang disorot rakyatnya telah menyembunyikan hartanya dengan jasa Mossack Fonseca.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.