Kapolri Bertekad Terus Lakukan Operasi Tangkap Santoso
Kapolri Jenderal (Pol) Badrodin Haiti menjelaskan operasi penangkapan petinggi teroris Poso, Santoso.
Penulis: Ferdinand Waskita
Editor: Gusti Sawabi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ferdinand Waskita
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA
Kapolri Jenderal (Pol) Badrodin Haiti menjelaskan operasi penangkapan petinggi teroris Poso, Santoso. Jenderal Bintang Empat itu pernah bertugas di Sulawesi Utara pada 2006-2008.
"Waktu itu Santoso belum berkiprah seperti sekarang, tidak ikut dalam kelompok inti teroris Poso waktu itu, dan pernah diproses hukum karena melakukan pencurian," kata Badrodin di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (20/4/2016).
Santoso, kata Badrodin, mulai aktif dalam kegiatan bersenjata sejak 2010-2011. Saat itu terdapat pimpinan Jamaah Anshorut Tauhid yang sudah bebas memimpin. Kemudian Santoso diangkat menjadi pimpinan serta memiliki relasi yang luas.
Santoso kemudian masuk ke hutan. "Kenapa tidak ke masyarakat? Karena mudah untuk ditindak, maka sekarang aksi di hutan dan gunung-gunung, itu latar belakangnya," ujar Badrodin.
Ia pun menjelaskan alasan Polri melakukan operasi yang cukup keras. Pasalnya, Santoso bila tidak ditekan setiap hari maka terdapat anggota baru yang bergabung. Hal itu semakin menyulitkan aparat untuk bertindak.
"Nanti akan jadi seperti Filipina Selatan atau Thailand selatan, kami bertekad berapapun biayanya akan operasi agar tak jadi duri," imbuhnya.
Aparat, kata Badrodin, telah berupaya semaksimal mungkin menumpas gerakan Santoso. Kelompok tersebut kini tinggal 27 orang setelah sebelumnya dua anggotanya tertangkap.