CSIS: Airlangga Hartarto 'Kuda Hitam' Munaslub
Partai Golkar (PG) akan segera menggelar Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) di Bali, 14-17 Mei mendatang.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Partai Golkar (PG) akan segera menggelar Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) di Bali, 14-17 Mei mendatang.
Agenda utama adalah pemilihan Ketua Umum (Ketum). Ada delapan Calon Ketua Umum (Caketum) yang bertarung. Mereka adalah Ade Komarudin (Akom), Airlangga Hartarto, Aziz Syamsuddin, Indra Bambang Utoyo, Syahrul Yasin Limpo, Setya Novanto (SN), Mahyudin dan Priyo Budi Santoso.
Saat ini, terjadi pertarungan hebat diantara dua kubu yaitu kubu SN dan Akom. Maklum, kedua tokoh ini sudah bermusuhan sejak lama. Terakhir adalah SN merasa dikhianati oleh Akom dalam kasus dugaan SN meminta saham PT Freeport Indonesia dengan mencatut nama Presiden Joko Widodo (Jokowi). Akom dinilai SN berada dibalik kasus tersebut sehingga membuat dirinya lengser dari Ketua DPR dan digantikan Akom.
Peneliti senior dari Center for Stratgic and International Studies (CSIS) J Kristiadi menilai akan muncul 'kuda hitam' yang sangat kuat dalam penyelenggaraan Munaslub. Kuda hitam itu dapat diterima semua kalangan, baik kader lintas kubu dan pemerintah. Figur itu ada pada Airlangga Hartarto.
"Saya kira akan muncul kuda hitam yang sangat kuat, namanya Airlangga Hartarto. Kader Golkar yang satu ini saya nilai sebagai orang ini paling nyaman di hati Jokowi dan kader Golkar," kata Kristiadi di Jakarta, Kamis (12/5/2016).
Ia menilai nama Airlangga lebih nyaman di internal maupun ekseternal partai. Pasalnya, putra dari mantan menteri di era Orde baru itu yaitu Hartarto, tidak memiliki masalah apapun termasuk masalah hukum. Airlangga juga sosok yang tenang, tidak berambisi banyak dan siap bekerjasama dengan pemerintah tanpa embel-embel atau deal-deal tertentu.
"Kita semua tau ada pertarungan antar dua yang sangat keras yakni antara Akom dan SN. Maka akan keluar unsur patron yang baru menjadi pemenang dalam Munaslub yakni Airlangga," ujarnya.
Menurutnya, pertarungan kedua kubu itu akan menimbulkan gesekan hebat sehingga kader tidak nyaman. Pada khirnya, kader akan memilih calon lain yang lebih baik dan diterima oleh kader dari dua kubu tersebut.
"Ketika keduanya sedang bertarung masing-masing memiliki pasukan dan jaringan. Pertarungan itu akan membuat jenuh lapisan bawah dan beralih kepada orang yang diterima semua pihak dan menjadi pemersatu diantara mereka," jelasnya.
Belum lagi, tambah Krisatiadi, negara atau pemerintahan Jokowi merasa berkepentingan akan keberadaan Golkar. Pemerintah ingin kestabilan sehingga pembangunan bisa berjalan lancar.
"Negara atau pemerintah sekarang ini berkepentingan agar semua agenda pemerintah berjalan dengan lancar. Airlangga bisa jadi jawaban bagi pemerintah," tegasnya.