Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Desa Harus Mandiri, Tak Butuh Investor

Persoalan paling mendasar yang menjadi penghambat proses pembangunan dan pengembangan desa adalah masalah logistik.

Penulis: Hendra Gunawan

TRIBUNNEWS, JAKARTA– Persoalan paling mendasar yang menjadi penghambat proses pembangunan dan pengembangan desa adalah masalah logistik. Sampai saat ini, belum ada solusi jitu yang mampu meminimalisir persoalan itu.

Setiap tahunnya, ketika petani menghadapi musim tanam, selalu berhadapan dengan tingginya harga pupuk dan bibit. Bahkan, terjadi kelangkaan, sehingga harga semakin mencekik petani. Sebaliknya, ketika panen, mereka menghadapi harga hasil panen yang rendah.

“Persolan logistik memang menjadi masalah negara ini. Seperti sekarang, puasa masih jauh, tapi harga kebutuhan pokok sudah naik semua. Tapi, itu hanya bagian dari sekian banyak persoalan yang membelit desa,” ungkap Ketua Kompartemen Community Involvement and development KADIN Indonesia, Imas Sidhiq dalam Focus Group Discussion yang digelar Subdit Usaha Ekonomi Masyarakat Desa, Direktorat PUED, Kementerian Desa PDTT, di Jakarta, Kamis (2/6/2016).

Menurut Imas, persoalan itu memang selalu muncul setiap tahunnya. Padahal, sebenarnya bisa diminimalisir melalui kerja nyata dinas-dinas di lapangan. Seharusnya, petugas dinas-dinas itu rutin memonitor keberadaan pupuk dan bibit ketika memasuki musim tanam.

“Selama ini, apa kerjanya dinas-dinas itu. Mestinya, setiap memasuki musim tanam, mereka mengecek ke lapangan, bagaimana keberadaan pupuk, bibit, atau barang-barang lainnya yang dibutuhkan petani. Mereka wajib menyiapkan pupuk dan bibit agar harga pupuk dan bibit stabil. Sehingga petani tidak kesulitan mendapatkannya,” kata Imas.

Di saat panen, dinas-dinas itu pun harus berperan menjadi penyalur hasil panen, agar harga yang didapat para petani tidak anjlok.

Anehnya, lanjut Imas, ketika masalah ini diangkat ke permukaan, jawaban yang muncul selalu sama, yakni, ada permainan.

BERITA TERKAIT

“Nah, kalau mereka tahu ada permainan, berarti kan ada yang memainkannya. Tangkap dong pemainnya,” tandas Imas.

Persoalan lain yang membelit orang-orang desa adalah ijon. Sistem ijon yang berkembang di perdesaan, sebenarnya karena perlaku konsumtif masyarakatnya.

“Berkembangkan ijon itu karena permintaan masyarakat yang tinggi,” ujarnya.

Imas mencontohkan, ketika seseorang butuh sepeda motor, yang dilakukannya adalah membeli motor dengan sistem ijon, lalu dibayar dengan hasil panen yang sudah diijonkan.

Perilaku itu harus segera diubah. Masyarakat harus diajak agar tidak bersikap konsumtif, karena hanya akan merugikan dirinya sendiri.

Sementara itu, Direktur Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga (PEKKA) Nani Zulminarni juga mengatakan, saat ini tatanan dan perilaku masyarakat di desa sudah berubah dari produsen menjadi konsumen.

“Dulu, di desa jadi titik awal perputaran ekonomi, sekarang terbalik, menjadi titik akhir,” ungkapnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas