Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

"Penyanderanya Gagah dan Berkulit Putih, di Pinggangnya Peluru Semua"

“Selama dari aksi penyanderaan sampai sekarang, empat kali kami bicara lewat telepon."

Editor: Choirul Arifin
zoom-in
KOMPAS IMAGES
Jaelani, ayah Syahril, saat menunggu di Pangkalan TNI AL Balikpapa 

TRIBUNNEWS.COM, BALIKPAPAN– Jaelani memeluk erat Syahril yang baru saja turun dari kapal tugboat Charles 001 di bekas pelabuhan peti kemas di pelabuhan Semayang, Balikpapan, Kalimantan Timur.

Kesempatan melepas rindu antara bapak dan anak ini tak lama karena Syahril bersama lima kru tugboat lainnya segera digiring ke kantor pangkalan TNI Angkatan Laut.

“Sangat lega begitu melihat anak selamat,” kata Jaelani, Sabtu (25/6/2016).

Syahril (33), masinis tugboat milik Perusahaan Pelayaran Rusianto Bersaudara.

Syahril bekerja sebagai pembantu mekanik di ruang mesin kapal. Setahun sudah, dia ikut berlayar bersama tugboat penarik tongkang ini.

Syahril merupakan salah satu kru yang bisa berkomunikasi dengan orang di darat, termasuk dengan perusahaan, istrinya, maupun Jaelani, ayahnya. Dia yang terus mengomunikasikan kondisi kapal dan kru selama ini.

“Selama dari aksi penyanderaan sampai sekarang, empat kali kami bicara lewat telepon. Tak lama, dua menit saja tiap kali telepon. Putus karena sinyal jelek,” kata Jaelani.

Berita Rekomendasi

“Dia bilang kapal kena musibah. Atau dua kali telepon mengabarkan posisi terakhir. Pertama di perairan Berau, kedua di daerah Mangkaliat,” kata Jaelani.

Syahril adalah anak ke-2 dari Jaelani. Dulunya, dia tinggal bersama ayahnya di Kelurahan Baru Ilir hingga akhirnya menetap di Samarinda.

Syahril sudah 15 tahun melakoni perjalanan dengan kapal. Dia mengawali kariernya dengan menjadi anak buah kapal kayu pengangkut sembako dari Balikpapan, Makassar, atau Surabaya.

Selama ini berlayar selalu di dalam negeri saja dan jarang melakukan pelayaran ke luar negeri.

Kali ini adalah pelayaran kedua Syahril ke Filipina dan kali ini, menurut dia, apes. Tujuh awak kapal disandera pembajak bersenjata di perairan pulau Julu.


“Sebelumnya, saat masih ramai-ramainya pembajakan di bulan lalu, Syahril sempat ikut kapal juga dalam pelayaran di jalur sama. Tapi aman,” kata Jaelani.

Jaelani sendiri mengaku belum banyak dapat kabar dari Syahril.

Bapak enam anak ini mengetahui penyanderaan pada 20 Juni 2016, melalui menantunya, Sarniah.

Istri Syahril ini mengabarkan tentang penyanderaan yang diperoleh dari istri Ferry Arifin, kapten kapal.

Awalnya Jaelani tak percaya. Dua hari kemudian, Syahril menelepon Jaelani.

“Karena ada sinyal, dia menelepon saya. Katanya, kami kena musibah. Kami ditangkapi semua,” kata Jaelani.

“Dari situ saya baru percaya," tambahnya.

DIa terus memantau perjalanan pulang anaknya dan tugboat Charles di Samarinda.

Namun, mendapat kabar kalau tugboat akan sandar di Balikpapan, dia lalu pulang ke Balikpapan. Kedatangan Syahril langsung disambut Jaelani sesampainya di Balikpapan.

Syahril turun bersama lima ABK lain.

Mereka adalah Andi Wahyu (21) yang bekerja sebagai mualim, Albertus Temu Slamet (28) sebagai juru mudi, Reidgar Frederik Lahiwu (26) sebagai juru mudi, dan Rudi Kurniawan (37) sebagai juru mudi, dan Agung E Saputra (21) yang bekerja sebagai juru masak.

Mereka beserta tujuh ABK lainnya baru saja bongkar muat di Pelabuhan Cagayan de Oro di Filipina lalu pulang dengan melintasi perairan Zamboaga City dan perairan pulau Julu tanggal 20 Juni 2016.

Setelah melintasi perairan Zamboaga, penyanderaan terjadi.

Di aksi pertama, pukul 11.30, tiga kru tugboat diculik empat pria bersenjata.

Kapal kemudian dibiarkan pergi. Namun satu jam kemudian, aksi penyandera kembali berlangsung.

Sepuluh orang bersenjata mengejar tugboat dengan tiga perahu speed. Dari aksi kedua ini, giliran 4 ABK lain diculik.

“Kata Syahril, mereka memeriksa dan membongkar semuanya. Mereka sempat minta makan, mengambil baju-baju, dan televis, lalu menahan awak kapal,” kata Jaelani.

Syahril anak ke-2 dari Jaelani, bekerja di tugboat Charles sebagai pembantu mekanik kapal. Ini pengalaman memilukan dirinya selama 15 tahun melaut.

Penulis: Dani Julius Zebua

Sumber: Kompas.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas