Zulkifli Hasan Ingat 'Wakuncar' Saat Kunjungi Pengrajin Dodol
Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan mendatangi pengrajin dodol Betawi Hj Mamas di kawasan Condet, Jakarta Timur. Kedatangan Zulkifli bersama Politikus PAN E
Penulis: Ferdinand Waskita
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ferdinand Waskita
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan mendatangi pengrajin dodol Betawi Hj Mamas di kawasan Condet, Jakarta Timur.
Kedatangan Zulkifli bersama Politikus PAN Eko Hendro Purnomo terkait Safari Kebangsaan Ramadan.
Zulkifli bersama rombongan langsung mendatangi pabrik pembuatan dodol Betawi di Jalan Batu Ampar 1, Condet, Jakarta Timur, Minggu (26/6/2016).
Di sana terdapat 34 pekerja yang sedang memproduksi dodol Garut.
Para pekerja terlihat mengaduk bahan dodol yang terbagi dalam delapan kuali.
Zulkifli yang ditemani anak Hj Masitoh (Mamas) ikut mencoba mengaduk dodol.
"Panas tapi ini tradisional, bagus," kata Zulkifli.
Pengelolaan dodol milik Masitoh memang masih menggunakan cara tradisional.
Dodol dimasak diatas kuali dengan kayu bakar.
Zulkifli yang memakai baju koko membandingkan dodol betawi dengan garut.
Sebab, dirinya sempat mendatangi sentra produksi dodol Garut.
Masitoh lalu menyampaikan alasan dodol miliknya tak dapat dipasarkan di supermarket.
Sebab, supermarket menginginkan dodolnya bertahan selama enam bulan.
"Kami tidak bisa karena tidak pakai pengawet," kata Masitoh.
Usai melihat produksi dodol, Zulkifli lalu berjalan menuju toko Hj Mamas yang terletak tak jauh dari pabrik tersebut.
Di sana, Zulkifli memborong dodol serta kue tradisional.
Ia pun mengambil kue bakar atau bangkit.
"Kalau tarawih terus wakuncar (waktu kunjung pacar), nah bawa kue kering ini. Enak, dicelup sama teh susu," kata Zulkifli sambil menunjukkan kue bakar.
Ia lalu menyatakan usaha kecil seperti dodol Betawi harus didukung dengan teknologi, kemasan dan pemasaran.
"Makanya perlu bantuan agar bisa mengolah dodol dengan baik bisa diekspor dan masuk supermarket," ujar Ketua MPR itu.
Sementara Masitoh menuturkan penggunaan mesin membuat cita rasa dodol Betawi berbeda.
Sebab, dodol hanya mendidih di bagian tengah saja.
"Kalau nenek moyang pakai kayu, jadi ini dipertahankan terus. Terpenting kita jaga kebersihan," katanya.
Bulan ramadan kali ini, Masitoh mengaku pesanan dodol Betawi meningkat.
Pada hari biasa, Masitoh memproduksi 20 kuali.
Dimana satu kuali bisa menjadi 20 besek.
Sedangkan bulan ramadan, meningkat menjadi 30 kuali per hari.
Dodol betawi per besek dijual seharga Rp 80 ribu.
Masitoh menceritakan mulai berjualan dodol sejak 1980.
Tetapi, hanya berproduksi tiga kali setahun.
Sering berjalannya waktu, dodol Masitoh dikenal warga dan berproduksi setiap hari mulai tahun 1990.
"Banyak artis yang datang, Elvi Sukaesih dan Saipul Jamil sudah datang," tuturnya.