Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Begini Cara Vaksin Palsu Ditawarkan kepada Masyarakat di Jakarta Timur

Seorang bidan bernama Monagu Elly Novita ditangkap Bareskrim dan berstatus tersangka di kasus pembuatan dan peredaran vaksin palsu.

Editor: Malvyandie Haryadi
zoom-in Begini Cara Vaksin Palsu Ditawarkan kepada Masyarakat di Jakarta Timur
Youtube
Vaksin palsu 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Seorang bidan bernama Monagu Elly Novita ditangkap Bareskrim dan berstatus tersangka di kasus pembuatan dan peredaran vaksin palsu.

Elly ditangkap pada Rabu (29/6) malam karena diduga berperan sebagai distributor dan pemakai vaksin palsu.

Direktur Tindak Pidana Ekonomi Khusus Bareskrim Polri, Brigjen Pol Agung Setya mengatakan usai penangkapan Elly, pihaknya siang nanti pukul 13.00 WIB akan menggelar prarekonstruksi di klinik milik Elly, Jalan Centex Raya, RT 05/11, Ciracas, Jakarta Timur. "Prarekonstruksi nanti pukul 13.00 di klinik miliknya.

Selain menjadi distributor vaksin palsu, tersangka juga memberikan imunisasi balita," tegas jenderal bintang satu itu di Mabes Polri.

Dengan ditangkapnya Elly, Agung menambahkan total tersangka yang sudah ditangkap menjadi 17 orang. "Tersangka terakhir yang ditangkap Bidan Elly, jadi sekarang total tersangka ada 17," tambahnya.

Penangkapan bidan Elly tersebut pun menarik perhatian Menteri Kesehatan Nila F Moeloek datang ke lokasi.

Ia menggali sejumlah informasi di Klinik Bidan Monagu Elly Novita di Jalan Centex Raya, RT 05/11, Ciracas, Jakarta Timur.

Berita Rekomendasi

Selain dari orang tua balita, Menkes menggali informasi dari bidan dan asisten bidan di klinik tersebut.

Nila yang menggunakan batik warna merah, datang ke lokasi didampingi beberapa orang stafnya. Kepada bidan dan asisten bidan, Menkes Nila menanyakan alasan mereka menawarkan vaksin selain yang disediakan oleh Puskesmas.

Dari bidan itu didapat jawaban bahwa klinik tersebut tak sepenuhnya memberikan vaksin palsu kepada balita. Saat orangtua balita meminta vaksin, maka akan ditawarkan dua alternatif pilih vaksin yang menimbulkan demam atau tidak.

"Saya menanyakan ke bidan di sini, kenapa menawarkan vaksin padahal di puskesmas menyediakan vaksin gratis yang berasal dari Bio Farma. Mereka (klinik) mengambil sebagian. Mereka tetap menawarkan vaksin mereka kepada para orang tua, tidak mau demam atau mau demam? Ini yang kami dapatkan dari para orangtua," kata Menkes Nila.

Menurut Menkes Nila, bidan di klinik tersebut tidak tahu bahwa vaksin yang mereka tawarkan palsu.

Klinik Bidan Elly di antaranya melayani vaksin hepatitis A, hepatitis B, DPT dan Polio. Harga vaksin di sini berkisar Rp 100 sampai Rp 300 ribu.

"Lebih mahal Rp 300 ribuan. Sedangkan dari pemerintah gratis," kata dia. Meski lebih mahal, beberapa orangtua balita tetap memilih memberikan vaksin untuk anaknya di Klinik Bidan Elly.

"Kami mau yang terbaik. Klinik ini bagus dan biasa memberi rujukan ke rumah sakit," kata seorang ibu saat ditanya alasan mereka oleh Menkes Nila.

Nila juga menggendong bayi yang datang ke klinik tersebut dan menyapa para ibu untuk kemudian masuk ke ruang praktik Bidan Elly.

Dalam kesempatan tersebut Nila mengatakan kedatangannya tersebut karena mendapatkan informasi bahwa klinik tersebut menggunakan vaksin palsu.

"Kita dapat kabar dari Bareskrim yang mengatakan di sini ada pemakaian vaksin palsu. Makanya kita langsung ke sini," kata Nila kepada awak media.

Ia menambahkan pihaknya sudah membentuk Satgas Penanganan Vaksin Palsu untuk menangani kasus yang sudah meresahkan masyarakat banyak itu.

"Kita sudah buat Satgas Penanganan Vaksin Palsu yang terdiri dari Bareskrim, Kemenkes, dan juga Badan POM. Ikatan Dokter Anak Indonesia juga akan bekerjasama dengan kita untuk menangani masalah ini," tegasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas