Tito Perkuat Pengawasan Jaringan Kelompok Teroris
Peristiwa teror di Nice, Prancis, menjadi perhatian Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian.
Penulis: Theresia Felisiani
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Peristiwa teror di Nice, Prancis, menjadi perhatian Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian.
Sebagai antisipasi, Tito mengaku akan memperkuat pengawasan jaringan kelompok teroris.
Menurut Kapolri, pihak yang berani melakukan aksi teror bukanlah orang sembarangan.
"Paling utama, jaringan intelijen harus bekerja. Densus 88 Antiteror, BIN (Badan Intelijen Negara), Bais (Badan Intelijen Strategis) dan seterusnya bekerja mengawasi jaringan yang ada selama ini. Itu yang paling utama," kata Tito di Mabes Polri, Jakarta, Jumat (15/7/2016).
Upaya kedua, Polri akan bekerjasama dengan komunitas intelijen yang ada, karena aksi-aksi teror di Indonesia ada keterkaitan dengan Suriah, seperti kasus teror di Jalan Thamrin, Jakarta dan Surabaya.
"Soal komunikasi juga didalami, apakah ada komunikasi dengan Suriah. Saya ingatkan anggota di lapangan agar mereka waspada terhadap modus menggunakan truk seperti terjadi di Prancis," katanya.
Selain itu ia menyatakan kantor polisi akan lebih selektif menerima tamu. Disebutkan kantor polisi tidak bisa tertutup seperti markas militer, karena punya fungsi memberikan pelayanan kepada masyarakat.
"Kami fungsikan pantauan CCTV dan lebih selektif lagi dalam menerima tamu. Termasuk tetap menekankan fungsi pengawasan tanpa mempengaruhi pelayanan Polri yang humanis," tutur Tito.
Teror terhadap kantor polisi sering terjadi, yang terakhir dilakukan Nur Rohman di Polresta Surakarta (Solo), 5 Juli lalu.
Nur Rohman tewas akibat ledakan bom yang dibawanya, sedangkan seorang anggota polisi, Bripka Bambang Adi, mengalami luka di bagian wajah.
Terkait kasus teror di Nice, Prancis, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi langsung memerintahkan Konsulat Jenderal RI Marseille untuk memastikan kondisi WNI di wilayah kejadian.
"Hasil penelusuran KJRI Marseille sejauh ini tidak ada WNI yang menjadi korban," kata Direktur Perlindungan WNI dan BHI, Kemenlu, Lalu Muhammad Iqbal.
Ditegaskan, pemerintah Indonesia mengutuk keras serangan teror menggunakan truk lori tersebut.
Pemerintah juga menyampaikan simpati serta duka cita kepada keluarga korban.
KJRI Marseille terus melakukan koordinasi dengan otoritas setempat, melakukan penelusuran ke tempat-tempat perawatan korban, serta menghubungi WNI yang tinggal di Nice dan sekitarnya.
Berdasarkan data, terdapat sekitar 725 WNI di wilayah Perancis Selatan. Di antaranya terdapat sekitar 10 keluarga WNI tinggal di Nice dan sekitarnya.
Nice merupakan tujuan utama wisata selama musim panas saat ini. Bagi WNI di sekitar Nice dan keluarga WNI di Indonesia yang memerlukan informasi, dapat disampaikan nomor Hotline KJRI Marseille +33618221283 dan Hotline Perlindungan WNI Kemlu 081290070027. (tribunnews/theresia felisiani)