Jumiatun Tinggalkan Senjata M16 Milik Santoso di Hutan
Jumiatun ditangkap oleh tim Tinombala saat hendak mencari makan di Poso, Sabtu (23/7/2016) lalu.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, PALU - Jumiatun alias Umi Delima meninggalkan senjata laras panjang M16 setelah suaminya, almarhum Santoso, tewas dalam baku tembak dengan Satgas Operasi Tinombala 2016 pada Senin (18/7/2016) pekan lalu.
Jumiatun ditangkap oleh tim Tinombala saat hendak mencari makan di Poso, Sabtu (23/7/2016) lalu.
Jika kondisi kesehatannya sudah pulih, maka Jumiatun akan dibawa kembali ke hutan untuk menunjukkan lokasi senjata M16 yang ditinggalkannya.
"Waktu suaminya tertembak oleh tim Satgas Tinombala, dia disuruh Santoso membawa senjata itu. Mungkin karena berat, dia tinggalkan di hutan," kata Kepala Polda Sulawesi Tengah Rudy Sufahriadi, Senin (25/7/2016) di Palu, Sulawesi Tengah.
Ia mengatakan, saat meloloskan diri dari kejaran aparat bersenjata, Jumiatun terpisah dari kelompok Basri dan Ali Kalora.
Selama empat hari berada di dalam hutan, ia bertemu dengan tukang kebun.
"Pertama dia ketemu dengan dua orang tukang kebun, dia mengaku kelaparan. Ada salah satu tukang kebun yang bawa bekal. Karena kelaparan, makanan itu pun diberikan ke Jumiatun," ujar Rudy.
Saat bertemu dengan tukang kebun itu, Jumiatun sempat memperkenalkan diri sebagai istri Santoso.
Saat itu ia tidak membawa bom maupun senjata.
Tukang kebun itu kemudian membawa Jumiatun ke pos terdekat dari tempat persembunyian terakhirnya.
Saat ini Jumiatun masih menjalankan perawatan untuk pemulihan kesehatannya di RS Bhayangkara Polda Sulteng di Palu.
Penulis : Kontributor Palu, Erna Dwi Lidiawati