Ternyata Ada Petunjuk Menarik di Curhatan Freddy Budiman, Ini Petunjuknya
Banyak pihak berharap kebenaran informasi yang ditulis oleh Koordinator KontraS, Haris Azhar
Penulis: Theresia Felisiani
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Curhatan tereksekusi mati, Freddy Budiman soal "uang setoran" miliaran rupiah pada oknum BNN dan petinggi Polri menuai kritikan.
Banyak pihak berharap kebenaran informasi yang ditulis oleh Koordinator KontraS, Haris Azhar itu bisa diselidiki kebenarannya dan diungkap ke publik.
Namun yang juga disayangkan ialah dalam viral yang beredar soal curhatan Freddy, tidak dituliskan identitas dari oknum yang menerima setoran.
Pakar Hukum Pidana Universitas Trisakti, Abdul Fickar Hadjar menuturkan ada petunjuk menarik yang bisa segera ditindaklanjuti.
"Gini itu kan pengakuan Freddy ke Haris ya. Itu ada clue (petunjuk) yang bisa ditangkap. Dan ini bisa ditelusuri," ujarnya saat dihubungi Tribunnews.com, Sabtu (30/7/2016).
Abdul Fickar menjelaskan petunjuk itu yakni dimana menurut keterangan Kalapas kala itu, ada pihak BNN yang mendatangi Kalapas dan bertanya mengapa di sel Freddy dipasang dua CCTV.
"Soal petugas BNN yang datang ke Nusakambangan dan bertemu Kalapas saat itu menanyakan kenapa dipasang CCTV di sel Freddy. Itu kan mudah melacaknya, tanya ke Kalapas saat itu, siapa orang BNN itu," ujarnya.
Abdul Fickar menambahkan informasi itu adalah informasi yang sangat bagus dan menarik.
Sehingga langkah yang segera dilakukan yakni baik Polri maupun BNN menelusuri dari adanya orang BNN yang sering bolak balik ke lapas Nusakambangan.
Setoran fantastis Rp 450 miliar
Kesaksian mengejutkan datang dari Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) Haris Azhar.
Ia mengaku sempat bertemu dengan gembong narkoba Freddy Budiman di Lapas Nusakambangan tahun 2014 silam, jauh sebelum eksekusi dilakukan.
Saat pertemuan tersebut Freddy menceritakan banyak hal, salah satu yang membuat terkejut adalah adanya setoran uang Rp 450 miliar ke pejabat Badan Narkotika Nasional (BNN) dan pejabat di Mabes Polri sebesar Rp 90 miliar.
Haris Azhar yang dikonfirmasi soal ini juga membenarkan bahwa Freddy sempat bercerita kepada dirinya soal hal tersebut.
"Benar Freddy bercerita kepada saya mengenai hal tersebut," kata Haris.
"Dalam hitungan saya selama beberapa tahun kerja menyelundupkan narkoba, saya sudah memberi uang 450 miliar ke BNN," ujar Freddy kepada Haris saat itu.
"Saya sudah kasih 90 miliar ke pejabat tertentu di Mabes Polri." ujar Freddy.
Kesaksian Haris Azhar mengenai Freddy Budiman sempat membuat heboh jejaring sosial.
Di situ diceritakan pula bahwa Haris bertemu dengan John Refra alias John Kei, juga Freddy Budiman, terpidana mati kasus Narkoba.
Kemudian Haris juga sempat bertemu Rodrigo Gularte, narapidana WN Brasil yang dieksekusi pada gelombang kedua (April 2015).
Kepala Lapas Nusakambangan Sitinjak saat itu juga memberikan kesempatan kepada Haris untuk bisa berbicara kepada Freddy Budiman.
Menurut Haris Sitinjak sangat tegas dan disiplin dalam mengelola penjara.
Bersama stafnya lanjut Haris, Sitinjak melakukan sweeping dan pemantauan terhadap penjara dan narapidana.
Sitinjak hampir setiap hari memerintahkan jajarannya melakukan sweeping kepemilikan handphone dan senjata tajam.
Bahkan ia melihat sendiri hasil sweeping tersebut ditemukan banyak sekali handphone dan sejumlah senjata tajam.
Tetapi malang, nasib Sitinjak kemudian berubah di tengah kerja kerasnya membangun integritas penjara yang dipimpinnya, termasuk memasang dua kamera selama 24 jam memonitor Freddy Budiman.
Sitinjak pernah bercerita beberapa kali diminta pejabat BNN yang sering berkunjung ke Nusakambangan agar mencabut dua kamera yang mengawasi Freddy Budiman tersebut.
"Saya menganggap ini aneh, hingga muncul pertanyaan, kenapa pihak BNN berkeberatan adanya kamera yang mengawasi Freddy Budiman? Bukankah status Freddy Budiman sebagai penjahat kelas "kakap" justru harus diawasi secara ketat? Pertanyaan saya ini terjawab oleh cerita dan kesaksian Freddy Budiman sendiri,"ujar Haris.
Freddy juga mengaku pernah menggunakan fasilitas mobil TNI seorang jenderal bintang dua.
Kala itu sang jenderal duduk di samping dirinya ketika saat perjalanan dari Medan sampai Jakarta dengan kondisi di bagian belakang penuh barang narkoba. "Perjalanan saya aman tanpa gangguan apapun," kata Freddy.(*)