Kata JK, Teror di Eropa Penyebabnya Sama dengan Penembakan di Dallas
Jusuf Kalla mencontohkan dengan kasus yang terjad di Nice, Perancis pada 14 Juli 2016 lalu.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Presiden RI Jusuf Kalla (JK) mengatakan aksi-aksi teror yang terjadi belakangan ini termasuk yang terjadi di Eropa bukan karena masalah agama namun itu adalah aksi yang berlatar belakang kemarahan.
Jusuf Kalla mencontohkan dengan kasus yang terjad di Nice, Perancis pada 14 Juli 2016 lalu.
Saat itu seorang warga negara Tunisia bernama Mohamed Lahouaiej-Bouhlel dengan bermodalkan truk menabrak 84 orang.
Jusuf Kalla mengingatkan bahwa pelaku bukanlah seorang muslim yang baik.
"Kita lihat di Nice tukang mabok ya, membunuh delapan puluh orang dengan truk. Dia bukan pengikut penganut Islam yang baik, dia hanya pemarah," ujar Jusuf Kalla dalam sambutannya di acara seminar "Peran Masjid Dalam Membentengi Umat Islam Dari Pemikiran Menyimpang" di masjid Agung al-Azhar, Jakarta Selatan, Kamis (4/8/2016).
Hal yang sama juga melatari penembakan di Dallas Amerika Serikat (AS) pada 7 Juli lalu, oleh seorang veteran tentara AS berkulit hitam, Micah Xavier Johnson, yang menewaskan lima orang Polisi kulit putih.
Penembakan tersebut juga dilatari oleh kemarahan.
Namun dalam kasus Dallas, kemarahannya dipicu oleh penembakan warga kulit hitam di AS oleh Polisi kulit putih.
"Apakah ideologis, tidak, dia marah, karena amarah, karena dua orang kulit hitam dibunuh," ujarnya.
Kasus teror di dunia umumnya disebabkan kasus sama seperti yang terjadi di Nice, yakni kemarahan.
Para pelaku umunya berasal dari negara-negara yang gagal, baik dari negara yang hancur karena diserbu oleh pihak Barat, maupun negara yang gagal karena pemimpinnya yang kurang baik.
"Anak muda yang tidak punya harapan ada harapan masa depan, marah, akhirnya menggunakan solidaritas kegamaan (untuk melakukan teror)," jelasnya.