Megawati Gemetar Saat Terima Telepon Penyandera
Mega yang tak ingin terjadi miskomunikasi dengan kelompok penyandera pun akhirnya memilih ganti nomor handphone.
Editor: Malvyandie Haryadi
![Megawati Gemetar Saat Terima Telepon Penyandera](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/aksi-bebaskan-wni-di-depan-kedubes-filipina_20160801_215221.jpg)
Laporan Wartawan Tribunnews.com, A Prianggoro
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dian Megawati Ahmad kerap gemetar ketika telepon genggam berbunyi.
Perasaan bingung dan kalut jadi satu saat mengetahui layar handphone tertera nomor asing, yang bukan dari nomor asal Indonesia.
"Saat telepon bordering dari kelompok penyandera, saya selalu bingung. Kalau diangkat saya takut salah ngomong sekaligus gemetar, bila tidak diangkat pun salah. Ketika mendapatkan telepon, rasanya antara sedih dan senang," kata Mega saat ditemui Tribun di sebuah hotel di Jakarta, Rabu (3/8).
Wanita yang akrab dipanggil Mega itu merupakan istri dari Ismail, anak buah kapal (ABK) berperan sebagai Mualim di Kapal Tug Boat (TB) Charles 001.
Ismail menjadi satu dari sepuluh ABK yang hingga kini masih disandera oleh kelompok Abu Sayyaf. Usai disandera, Mega beberapa kali dihubungi kelompok penyandera.
Perempuan asal Samarinda itu menceritakan, biasanya kelompok penyandera menelponnya sekitar pukul 09.00.
Menurut Mega, kelompok penyandera tidak basa-basi saat berbicara lewat telepon.
Mereka hanya meminta Mega segera menyampaikan tuntutan kepada perusahaan tempat di mana Ismail bekerja sebagai ABK.
"Mereka bicaranya halus, tidak ada nada kasar. Suaranya terdengar santai," ungkap Mega.
Mega yang tak ingin terjadi miskomunikasi dengan kelompok penyandera pun akhirnya memilih ganti nomor handphone.
"Sekarang ini komunikasi dari penyandera melalui satu pintu yaitu perwakilan perusahaan suami atau kepada pihak yang telah kami tunjuk," terang wanita yang dinikahi oleh Ismail pada tahun 2013 itu.
Mega datang ke Jakarta bersama pihak perwakilan keluarga tujuh Anak Buah Kapal (ABK) Tugboat Charles 001 korban penyanderaan kelompok Abu Sayyaf.
Mereka mendatangi kantor Direktorat Perlindungan Warga Negara Indonesia (PWNI) Kementerian Luar Negeri, Jakarta, Senin (1/8) lalu.
Kedatangan mereka dari Samarinda, Kalimantan Timur, untuk meminta kejelasan upaya pemerintah dalam pembebasan para sandera.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.