Mantan Deputi BNN: 80 Persen Peredaran Narkoba di Indonesia Dari Jalur Laut
Lebih dari 80 persen narkoba yang beredar di Indonesia menggunakan jalur laut.
Penulis: Eri Komar Sinaga
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Lebih dari 80 persen narkoba yang beredar di Indonesia menggunakan jalur laut.
Mantan Deputi Pemberantasan Badan Narkotika Nasional, Inspektur Jenderal (Purn) Benny Mamoto mengatakan jalur laut memiliki berbagai keunggulan sehingga disukai para bandar dan pengedar narkoba.
Pertama, kata Benny, narkoba bisa dikirim dalam jumlah besar menggunakan kontainer yang diangkut menggunakan kapal laut.
Ini pernah terjadi ketika kontainer dari Cina berisi 1,4 juta butir ekstasi yang diurus oleh Sersan Mayor Supriadi dari Primkop Kalta Bais (Badan Intelijen Strategis) TNI.
"Kalau pelabuhan laut resmi modusnya seperti tadi lewat kontainer kemudian ketika mengurus barangnya disamarkan," kata Benny di Cikini, Jakarta, Sabtu (6/8/2016).
Menurut Benny, Supriadi dalam pengakuannya tidak tahu kontainer yang dia urus kedatangannya itu adalah narkoba.
Oleh si pemesan, lanjut Benny, dia mengaku barang tersebut adalah aquarium bekas. Benny melihat modus tersebut digunakan karena petugas bea cukai tidak mungkin mengecek semua kontainer yang tiba di pelabuhan.
Biasanya petugas tidak akan mengecek jika barang yang dipesan berasal dari lembaga yang resmi dan kredibel.
Selain dari pelabuhan resmi, bandar dan gembong narkoba juga menggunakan pelabuhan-pelabuhan tidak resmi atau sering disebut pelabuha tikus.
Biasanya mereka menggunakan rumah-rumah penduduk yang berada di tepi pantai atau rumah-rumah mewah yang menghadap laut lepas. Benny menyebut ini pernah terjadi di Batam dan Kepulauan Seribu.
"Kemudian menggunakan perahu-perahu nelayan yang dititipkan. Tolong ini antar. Dikasi uang, isnya dia (nelayan) nggak tahu," kata Benny.
Selain jalur laut, narkoba juga dikirim menggunakan udara. Modusnya bisa bermacam-macam. Benny mengungkapkan narkoba dari Iran pernah diselundupkan melalui barang-barang perabotan atau furnitur.
Petugas menjadi curiga lantaran barang tersebut dibawa keliling berbagai negara dan antara ongkos kirim dan barang dihitung tidak sesuai.
"Petugas bea cukai sangat peka melihat ini antara harga barang dengan rute ongkos kirim tidak sesuai. Dipanggil anjing pelacak. Begitu anjing pelacak dipanggil, digigit ternyata isinya semua sabu. Itu yang ngurus Iran. Hal-hal seperti ini tentunya kerjaan berat dari aparat," ungkap Benny.
Sementara pengiriman melalui jalu darat adalah bisanya menggunakan batas-batas negara seperti Indonesia dengan Malaysia di Kalimantan.