Fadli Zon: Membaca Sejarah Politik Bangsa Melalui Perangko
Koleksi prangko milik Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon, yang berjudul "Netherlands Indies Postal Cancellation 1789-1917" juga ikut dipamerkan.
Editor: Rachmat Hidayat
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Perangko telah menjadi bagian dari arsip sejarah yang penting. Benda pos ini dalam perjalanan sejarahnya tak hanya menjadi tanda bagi bea pengiriman pos, tetapi telah menjadi arsip bagi berbagai peristiwa bersejarah.
Menjadi alat komunikasi pembangunan, serta jembatan diplomasi yang menghubungkan berbagai bangsa. Itu sebabnya, dalam rangkaian memperingati HUT Kemerdekaan Republik Indonesia ke-71, DPR RI mengadakan pameran filateli.
Sesuai dengan posisi DPR sebagai lembaga politik, maka pameran filateli kali ini mengambil tema "Politik dalam Prangko". Prangko-prangko yang menggambarkan berbagai peristiwa politik penting dalam sejarah Indonesia dipamerkan dalam pameran filateli ini.
Koleksi prangko milik Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon, yang berjudul "Netherlands Indies Postal Cancellation 1789-1917" juga ikut dipamerkan.
Koleksi yang termasuk kelas Postal History ini menceritakan perjalanan cap pos yang diterakan pada seluruh surat dan kartu pos.
Mulai dari masa sebelum ada prangko tahun 1789 (VOC dan pre-philately) sampai dengan masa sesudah ada prangko hingga tahun 1917, pada masa Hindia Belanda.
Koleksi Fadli ini pernah mendapatkan Medali Large Vermeil pada pameran filateli tingkat dunia di Singapura tahun 2015, dan di New York pada 2016.
Selain itu pada pameran ini juga ditampilkan koleksi milik Indra Kusuma, prangko-prangko berjudul "Repoeblik Indonesia 1945-1949: The Local Issued Stamps During the Independence War in Java Island".
"Koleksi kelas Tradisional Filateli ini menggambarkan seluruh penerbitan prangko, variasi, serta penggunaannya di Jawa pada masa perang mempertahankan kemerdekaan, 1945-1949," ujar Fadli Zon yang juga Dewan Pembina Perkumpulan Filateli Indonesia (PFI) ini.
Koleksi lain yang juga ditampilkan adalah milik Tono Dwi Putranto, yang berjudul "The Development of KLM and KNILM Operation in Netherlands Indies 1920-1942".
Koleksi kelas Aerophilateli ini menampilkan perjalanan amplop surat yang dikirim melalui pesawat udara, terutama mengenai tarif dan rutenya di Hindia Belanda pada periode 1920–1942.
Ada juga koleksi Avie Wijaya, dengan judul koleksi "Republic Indonesia 1945-1949 Under NICA (Netherlands Indies Civil Administration)"; koleksi Yan Wiriadi Jodana, dengan judul koleksi "A Study of Occupation.
Kemudian Emergency and Local Issued Stamps Under Republic of Indonesia Rule at Java and Madoera during 1945-1949"; koleksi Agus Wibawanto, dengan judul koleksi "The Struggle for Independence in Java 1945-1949".
Lalu koleksi Budi Rachmanto; koleksi Gita Noviandi, dengan judul koleksi "Postal Card of Dutch East Indies 1874-1932".
Pada pameran filateli ini juga ditampilkan koleksi prangko seri Pemilihan Umum, keikutsertaan Indonesia dalam berbagai organisasi dunia.
Hubungan-hubungan diplomatik, Reformasi 1998, lepasnya Timor Timur, gambaran hasil-hasil pembangunan Indonesia setiap lima tahun sekali.
Tokoh-tokoh politik, hingga seri Presiden RI, mulai dari Presiden Soekarno hingga Presiden Joko Widodo. Ditampilkan juga Sampul Hari Pertama Seri Presiden Joko Widodo yang ditandatangi asli. Koleksi itu milik Dr. Fadli Zon.