Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Indonesia Siap Mendiskusikan Dampak Kabut Asap dengan Negara-Negara ASEAN

Juru bicara Kementerian Luar Negeri, Armanatha Nasir, mengatakan Indonesia siap untuk mendiskusikan dampak kabut asap dengan negara-negara ASEAN.

Penulis: Amriyono Prakoso
Editor: Y Gustaman
zoom-in Indonesia Siap Mendiskusikan Dampak Kabut Asap dengan Negara-Negara ASEAN
TRIBUN PEKANBARU/Theo Rizky
Helikopter yang melakukan water bombing berusaha memadamkan kebakaran lahan dan hutan (Karlahut) di kawasan Kelurahan Air Hitam, Kel Payung Sekaki, Kec Payung Sekaki, Pekanbaru, Rabu (10/8/2016). Pada musim kemarau ini, Karlahut karena kegiatan membuka lahan perkebunan oleh orang yang tidak bertanggung jawab masih terus terjadi, akibatnya kabut asap semakin tebal menerpa daerah-daerah sekitarnya dan dikhawatirkan akan berdampak pada kesehatan. TRIBUN PEKANBARU/THEO RIZKY 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Amriyono Prakoso

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Luar Negeri belum merencanakan membahas dampak polusi kabut asap terhadap negara-negara di ASEAN dalam beberapa pertemuan mendatang.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri, Armanatha Nasir, mengatakan Indonesia siap untuk mendiskusikan masalah tersebut.

"Memang belum ada rencana. Setiap pertemuan bilateral nantinya tergantung dari kedua pemimpin. Tapi kami siap untuk diskusi soal kabut asap," ujar Armanatha di Kemenlu, Jakarta, Kamis (18/8/2016).

Apa yang telah dilakukan oleh Pemerintah Indonesia saat ini untuk menangani persoalan asap sudah signifikan seperti melakukan water bombing dan juga rekayasa cuaca.

"Titik panas kita juga sudah berkurang sebanyak 71 persen dari waktu yang sama dengan tahun lalu. Jadi memang sudah sangat masif sekali untuk masalah asap ini," tambah dia.

Pada 2016 ini Pemerintah Indonesia bisa lebih baik menangani kebakaran hutan dan lahan dibanding tahun lalu.

Berita Rekomendasi

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho, menyebut hal itu dikarenakan antisipasi dan perbedaan iklim

Dalam siaran persnya beberapa waktu lalu, Sutopo menjelaskan bahwa sepanjang tahun 2015 lalu tercatat ada 129.813 titik api atau hotspot di seluruh wilayah Indonesia.

Sedangkan tahun 2016 ini, hingga bulan ke delapan tercatat sudah ada 10.174 hotspot. Diperkirakan puncak potensi karhutla masih berlangsung September hingga Oktober mendatang.

Sejauh ini Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) di wilayah Sumatera dan Kalimantan di mana tahun lalu menjadi pusat kahutla, sejauh ini terpantau cukup baik.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas