Paspor Ismail dan Sofyan, Dua ABK yang Lolos dari Abu Sayyaf Sudah Disiapkan
Menteri Luar Negeri mengatakan, Duta Besar RI untuk Filipina sudah ke Kota Zamboanga untuk bertemu dan memastikan kondisi Ismail dan Sofyan.
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepulangan Ismail Tiro dan Muhammad Sofyan, anak buah kapal tunda Charles 001 dari Filipina, belum dapat dipastikan.
Namun Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI memastikan keduanya dalam kondisi aman. Selain itu, paspor serta dokumen perjalanan untuk keduanya juga telah disiapkan.
Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi mengatakan, Duta Besar RI untuk Filipina sudah ke Kota Zamboanga untuk bertemu dan memastikan kondisi Ismail dan Sofyan.
"Kedua WNI tersebut berada dalam kondisi sehat dan proses pemulangan sedang dipersiapkan," ujar Retno di Cikini, Jakarta Pusat, Jumat (19/8/2016).
Retno belum bisa memberi kepastian waktu pemulangan kedua mantan tawanan kelompok bersenjata Abu Sayyaf itu. Retno hanya menyatakan pemerintah tengah menyiapkan proses pemulangan keduanya.
"Begitu semua siap, mereka akan dipulangkan. Dokumen perjalanan dan paspor juga sudah kami siapkan," katanya.
Retno juga mengatakan, hingga Jumat siang, Pemerintah Filipina dan perwakilan Pemerintah Indonesia masih mewawancarai Ismail dan Sofyan. Hal tersebut dilakukan untuk menggali lebih lanjut mengenai informasi lengkap yang dibutuhkan dalam proses pembebasan sandera yang lain.
Retno belum bisa memastikan apakah dua WNI yang bebas itu meloloskan diri atau dibebaskan oleh penyandera.
"Pemerintah Indonesia dan otoritas Filipina masih terus melakukan komunikasi guna mendapatkan informasi yang lebih lengkap," ujarnya.
Sebelumnya, Menko Polhukam Wiranto memastikan bahwa dua dari 11 WNI yang disandera kelompok Abu Sayyaf di Filipina, berhasil melarikan diri.
Keduanya adalah Ismail Tiro dan Muhamad Sofyan asal Sulawesi Selatan. Mereka kemudian diamankan oleh aparat keamanan Filipina di Kota Zamboanga.
Di Jakarta, Wakil Presiden Jusuf Kalla menyatakan, keberhasilan kedua ABK Charles kabur tidak terlepas dari kebiasaan para penyandera yang tidak menetap di satu wilayah untuk menghindari penangkapan oleh aparat setempat.
"Jadi mungkin dalam waktu berpindah-pindah itu, tentu ada peluang. Barangkali untuk menghindar atau lari atau apapun ya," kata Kalla di Kantor Wapres di Jakarta, Jumat siang.
Meski begitu, Kalla mengaku, belum mengetahui secara pasti bagaimana kronologi keduanya berhasil kabur. Ia berharap, agar keduanya dapat segera diterbangkan ke Tanah Air.
"Kita tunggu setelah dua orang ini kembali ke Indonesia," ujarnya.
Kalla menambahkan, Pemerintah Filipina telah menggelar operasi militer di lokasi yang diperkirakan menjadi sarang persembunyian para penyandera. Ia pun berharap, agar operasi militer yang dilakukan dapat lebih intensif.
"Kita harap bahwa yang lainnya juga bisa dibebaskan dengan baik, dengan cara ya mungkin operasi militer Filipina di sana atau pun dengan cara yang tentu kita harapkan dari Pemerintah Filipina," ujarnya.
Kepala Sub Direktur Pengawasan Kekonseleran Direktorat Perlindungan WNI dan Bantuan Hukum Indonesia, Kementerian Luar Negeri, Krishna Djelani menyatakan, pemerintah masih terus berupaya membebaskan para WNI yang masih dalam cengkeraman Abu Sayyaf.
"Kami juga masih berupaya terus membebaskan lima sandera lainnya. Dimana mereka terbagi dua kelompok yakni kelompok 4 dan kelompok 3 sandera. Dua orang yang lolos ini dari kelompok 4. Tapi kami upayakan sisanya dibebaskan," kata Krishna di Makassar, Sulsel, Jumat.
Ada pun upaya pembebasan sandera lainnya yakni dengan melakukan negosiasi. Kelompok Abu Sayyaf meminta tebusan untuk para sandera yang tersisa.
"Kelompok 4 diminta tebusan sebesar 20 juta ringgit sedangkan kelompok 3 diminta tebusan sebesar 150 juta peso. Pihak perusahaan didampingi oleh pemerintah kemudian melakukan negosiasi dan terakhir mereka meminta 150 juta peso untuk semuanya. Tapi kami masih terus melakukan negosiasi," ucapnya.
Setelah Ismail dan Sofyan lolos dari penyanderaan kelompok Abu Sayyaf, keluarga tiga korban asal Sulawesi Selatan dikumpulkan di Makassar, Sulsel, Jumat (19/8/2016).
Mereka adalah keluarga Ismail Tiro dari Kabupaten Maros, keluarga Muhammad Sofyan dari Kabupaten Takalar dan keluarga Muh Mabrur dari Kota Parepare.
Mereka dikumpulkan di Hotel Swiss Bell In, Panakukang, Makassar, atas undangan pihak perusahaan pemilik kapal, PT Rusyanto Bersaudara, untuk dipertemukan dengan perwakilan Kementerian Luar Negeri. Pertemuan tersebut digelar tertutup di ruang Emerald 2, Hotel Swiss Bell In.
Sri Dewi, istri Muhammad Sofyan, hadir dalam pertemuan itu.
"Saya belum dapat kabar resmi dari Kemenlu soal lolosnya suami ku. Saya baru dapat kabar bahwa suami ku lolos dari wartawan di Jakarta yang menelepon," katanya. (kompas.com/tribunnews)