Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kisah Benny Mamoto Akan Dibunuh Penghuni Lapas Nusakambangan

Posisi terakhir yang diemban Benny adalah Deputi Pemberantasan Narkotika BNN. Sepanjang empat tahun memerangi narkotika

Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Kisah Benny Mamoto Akan Dibunuh Penghuni Lapas Nusakambangan
TRIBUNNEWS.COM/HERUDIN
Direktur Penindakan dan Pengejaran Badan Narkotika Nasional (BNN), Benny Mamoto (tengah) memperlihatkan barang bukti dan tersangka berinisial FA asal Aceh yang diduga menjadi bandar narkoba saat rilis di halaman kantor BNN Jakarta Timur, Kamis (28/3/2013). Dalam penangkapan ini BNN berhasil menyita barang bukti tiga unit mobil mewah yaitu Porsche Panamera, BMW 640I, dan Honda City, serta uang senilai Rp 35 juta dan sejumlah properti dengan total Rp 38 milyar. TRIBUNNEWS/HERUDIN 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, A Prianggoro

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Empat tahun Benny Mamoto berdinas di Badan Narkortika Nasional (BNN).

Posisi terakhir yang diemban Benny adalah Deputi Pemberantasan Narkotika BNN. Sepanjang empat tahun memerangi narkotika, Benny Mamoto kerap mendapatkan teror pembunuhan.

Memasuki usia 61 tahun, Benny Mamoto masih mengingat catatan panjang perjalanan pemberantasan narkotika di Tanah Air. Pria kelahiran 7 Juni 1955 itu semula sumringah lantaran beberapa kali mencokok bandit narkotika.

Namun, sukses menangkap bandit narkotika, Benny dengan pangkat Irjen pada periode 2012- 2013 itu justru bolak-balik mendapat ancaman pembunuhan. Mirisnya, ancaman itu justru muncul dari dalam lembaga pemasyarakatan.

"Saya sudah kenyang dapat ancaman pembunuhan, terutama lewat telepon kantor atau handphone. Ironisnya, setelah saya lacak asal-usul teror itu justru berasal dari sejumlah lapas (Lembaga Pemasyarakatan). Di antaranya lapas-lapas di Nusakambangan, di Cipinang, di Medan, dan daerah lain," kata Benny saat ditemui Tribun, baru-baru ini.

Menurutnya, ancaman dihabisi nyawa tidak melulu kepada dirinya. Keluarga, termasuk istri juga mendapat teror pembunuhan.

Berita Rekomendasi

"Istri saya pernah menangis histeris karena diancam dibunuh. Pengancam bilang ke istri saya supaya saya berhenti menangkap bandar-bandar narkoba, jika tidak maka istri saya akan dihabisi," ujar Benny.

Ia menyebut, ada tiga tahap teror yang berasal dari para pemain narkotika. Tahap pertama, adalah iming-iming suap dengan jumlah kakap. Tahap kedua, berupa ancaman pembunuhan. Dan tahap ketiga berupa pembunuhan karakter, baik melalui media massa maupun langsung melalui atasan.

"Jika atasan kita percaya atas isu yang dihembuskan oleh oknum-oknum tertentu, maka saya selesai dalam karier dan dipindahtugaskan. Saya tidak pernah menerima uang atas segala sesuatu terkait narkoba, jadi kenapa saya mesti takut? Ketiga ancaman itu sudah pernah saya lalui semua," kata pria yang pernah menjuarai lomba menembak antarangkatan AKABRI angkatan 1977 itu. (*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas