Kepala BNPT Gandeng Pengurus MUI Bahas Penanggulangan Terorisme
Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) terus melakukan komuniasi dan menggandeng ormas dan tokoh agama untuk ikut serta dalam penanggulangan
Editor: Toni Bramantoro
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) terus melakukan komunikasi dan menggandeng ormas dan tokoh agama untuk ikut serta dalam penanggulangan terorisme.
Setelah bertemu untuk berkomunikasi dengan dua ormas islam yang berpengaruh seperti PBNU dan Muhammadiyah serta tokoh agama lainnya seperti Franz Magnis Suseno atau yang lebih dikenal Romo Magnis, kali ini BNPT bertemu dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Pertemuan Kepala BNPT Komjen Pol Suhardi Alius, dengan MUI yang bertujuan untuk membicarakan masalah penanggulangan radikalisme dan terorisme yang berkembang di Indonesia ini berlangsung di kantor MUI, Jl. Proklamasi No. 51 Menteng Jakarta, Senin (29/8/2016).
Dalam pertemuan tersebut Komjen Pol Suhardi Alius didampingi Deputi I BNPT bidang Pencegahan Perlindungan dan Deradikalisasi Mayjen TNI. Abdul Rahman Kadir, Direktur Pencegahan Brigjen Pol Hamidin dan Direktur Perlindungan Brigjen Pol Herwan Chaidir diterima oleh Ketua Umum MUI, DR (Hc) KH Ma’ruf Amin didampingi Sekjen MUI KH Anwar Abbas, Wasekjen MUI KH Amirsyah Tambunan dan jajaran pengurus MUI lainnya
Komjen Suhardi Alius mengatakan bahwa pihaknya dan sebagian masyarakat telah mengetahui bahwa pengaruh dan penyebaran paham radikalisme di Indonesia saat ini sudah sangat luar biasa. Apalagi penyebaran paham radikal itu berhubungan dengan konsep-konsep agama ataupun aqidah yang artinya ada suatu konsep semacam jihad ektrim.
“Yang bisa meluruskan itu adalah para ulama. Jadi kita ingin bekerjasama dengan para ulama dimanapun berada. Karena jaringan para ulama ini ada mulai dari tingkat pusat sampai pelosok daerah atau desa. Jadi kita mohon bantuan kepada MUI ini untuk bisa menurunkan para dai-dainya atau ulama-ulamanya untuk membantu kita dalam memberikan pencerahan kepada orang-orang yang terpengaruh paham radikalisme termasuk kepada keluarga-keluarga,” ungkap Suhardi Alius usai pertemuan.
Kepala BNPT juga melihat bahwa peran keluarga juga sangat penting dalam melakukan upaya agar keluarganya tidak mudah terpengaruh paham radikal terorisme, sehingga ada kepedulian pada keluarga tersebut untuk dapat mengawasi putra putrinya dalam rangka mengatasi radikalisme. Dan bentuk pencegahannya bisa dengan konsep deradikalisasi dan kontra radikalisasi
“Kalau dengan deradikalisasi kami memohon kepada para ulama-ulama yang punya kemampuan untuk memberikan suatu pencerahan kepada orang yang sudah terpengaruh paham radikalisme. Sedangkan untuk kontra radikalisasi yakni untuk orang-orang yang belum terpengaruh paham tersebut," tuturnya.
Untuk itu dirinya memohon kepada para ulama untuk dapat mengambil alih dan bersama-sama dalam melakukan upaya untuk memberikan pencerahan ataupun pemahaman agama yang benar kepada masyarakat mengenai hal itu.
“Ini karena kemampuan anggota kita juga terbatas terhadap pengetahuan agama tersebut,” ujar pria yang pernah menjabat Kabareskrim Mabes Polri dan Kapolda Jawa Barat ini.
Dirinya membantah kejadian upaya percobaan penyerangan terhadap seorang pastor oleh seorang bocah bernama Ivan Armadi Hasugian yang masih dibawah umur di Gereja Medan, Minggu (27/8/2016) itu dikarenakan belum efektifnya pencegahan pahan radikal terorisme karena menurutnya yang bersangkutan usianya belum genap 18 tahun dan dalam penyelidikan awal Ivan ini mengaku sementara dia ini banyak terpengaruh dari IT (informasi teknologi).
“Dan pemahaman agama dia yang sempit itu pula akan menjadi sasaran kita dimana para ulama-ulama nanti dapat memberikan pencerahan kepada yang bersangkutan dan juga keluarganya supaya bisa betul-betul dapat memahami konsep agama di dalam islam,” ujarnya
Untuk itu menurut Kepala BNPT, pertemuan yang telah dilakukannya dengan ormas dan juga tokoh agama itu dinilai positif dalam rangka mengantisipasi gerakan terorisme.
“Hasil pertemuan ini tentunya sangat mendukung langkah-langkah BNPT yang akan diimplementasikan untuk mensinergikan semua kementerian terkait dengan diperkuat para ulama di semua sasaran yang akan diprogramkan,” kata alumni Akpol tahun 1985 ini.
Dalam pertemuan tersebut Kepala BNPT juga memberikan gambaran bagaimana aksi-aksi terorisme yang pernah terjadi di Indonesia dan penanggulangannya. Pihaknya juga telah meminta kepada kementrian-kementrian atau lembaga pemerintah untuk bersama-sama melakukan penangulangan terorisme baik dari hulu sampai hilir.
Dikatakan Kepala BNPT, pihaknya juga akan melibatkan pimpinan-pimpinan dari lintas agama lain dalam upaya pencegahan paham radikal terorisme di Indonesia. Apalagi masyarakat di Indonesia ini sangat majemuk, sehingga langkah komprehensif perlu dilakukan untuk menangkal paham radikal.
Sementara itu Ketua Umum MUI, DR (HC) KH. Ma’ruf Amin mengatakan bahwa Terorisme itu bersumber dari radikalisme, dan radikalisme itu bersumber dari distorsi pemahaman.
“Oleh karena itu langkah yang ditempuh adalah memberikan pemahaman yang benar supaya tidak terjadi distorsi. Jadi kita akan melalui buku-buku, ceramah-ceramah, diskusi-diskusi dan sebagainya. Jadi kita akan melakukan pencerahan bahwa radikalisme itu merupakan sesuatu hal yang keliru,” kata Ma’ruf Amin
Kemudian bagi mereka yang sudah terkena paham radikal, pihaknya juga akan melakukan deradikalisasi untuk mengembalikan mereka kepada paham yang benar.
“Itu juga menjadi masalah besar. Kita akan menyasar kepada mereka-mereka yang pernah menjalani masa hukuman dan juga anak-anak yang diduga sudah terkena paham radikal tersebut,” ujarnya.
Dirinya akan berusaha semaksimal bahwa upaya penanggulangan paham radikal terorisme itu bisa berjalan efektif karena dilakukan dari semua sektor dan aspek, baik dari aspek keadilan, aspek ekonomi dan sebagainya.
“Tetapi aspek yang paling pokok adalah aspek pemahaman. Yang lainnya itu hanya pemicu saja, tapi aspek pokoknya itu adalah dia punya pemahaman yang salah. Itu yang akan kita betulkan di masyarakat itu nantinya melalui berbagai cara baik melalui internet, buku-buku, tulisan, khotbah dan lainnya,” paparnya
Apalagi menurutnya bahwa MUI sendiri dulunya juga punya Tim Penanggulangan Terorisme (TPT) yang akan diefektifkan kembali kinerjanya setelah selama ini slowdown sejak lahirnya BNPT. “Dan tentunya kita juga akan bekerjasama bersama BNPT jika memperoleh informasi-informasi, sasaran-sasaran, gerakan-gerakan kelompok radikal tersebut maka kita akan tentukan juga arah counternya,” ujarnya mengakhiri.