Sudirman Sempat Temui Jaringan Pelaku Bom Kuningan yang Membuatnya Cacat
Namun Meskipun demikian, Dirman yang bekerja sebagai Satpam di kedubes Australia tersebut mengaku sudah sedikit ikhlas.
Penulis: Taufik Ismail
Editor: Wahid Nurdin
"Namanya Abdul Muis, kita berdiskusi dan berdebat. Saya ceritakan akibat bom tersebut dari perspektif korban" paparnya.
Setelah mendengar cerita kondisinya sekarang, teroris tersebut kemudian meminta maaf. Menurut Dirman para pelaku teror nekat melakukan aksinya karena tidak pernah memikirkan akibat yang akan terjadi.
"Mereka (pelaku teror) terharu dan menyesali. Jadi mereka selama ini tidak pernah mendengar dari perspektif korban. Sehingga mereka menganggap aksi teror yang dilakukannya benar," paparnya.
Sementara Direktur Aliansi Indonesia Damai (AIDA), Hasibillah Satrawi mengatakan korban perlu dilibatkan dalam menyebarkan pesan perdamaian. Karena hanya korbanlah yang pernah merasakan betapa rugi dan sakitnya bila terjadi kekerasan.
"Ada pepeatah yang mengatakan hanya orang yang minum kopi yang bisa merasakan pahitnya kopi itu," katanya.
Oleh kareanaya menurut Hasbillah, ia bangga dan terharu ada korban/penyintas yang aktif menyebarkan pesan perdamaian, setelah pernah melewati masa-masa kelam tersebut. Lantaran menurutnya untuk dapat melakukan hal itu dibutuhkan keikhlasan, ketangguhan, dan kepedulian.
"Saya sedih tapi bangga melihat segenap korban dengan ketangguhan dapat membantu untuk indonesia agar orang lain tidak ada yang menjadi korban lagi dengan menyebarkan pesan perdamaian. Saya sebagai orang yang bukan korban sangat berterima kasih" katanya.
Sementara itu ketua Yayasan Penyintas Indonesia Sucipto Hari Wibowo mengatakan pihaknya selama ini mencoba berbuat yang terbaik untuk membantu memulihkan para penyintas (korban selamat) sejumlah tragedi bom di Indonesia. Yakni dengan memberikan konseling untuk memulihkan psikologi korban dan keluarga.
Apa yang dilakukan mendapatkan hasil positif, lantaran selain pulih, kini sebagian dari korban ada yang menyebarkan pesan perdamaian.
Namun meskipun demikian, menurutnya masih ada sejumlah korban yang butuh pengobatan hingga saat ini meskipun pengeboman terjadi sudah lama. Dampak yang panjang dirasakan korban sehingga butuh pengobatan dan pemulihan yang lama. Oleha karena itu pihaknya memfasilitasi para penyintas untuk mendapatkan bantuan layanan kesehatan.
"Korban bom kurang lebih terdapat 600, alhamdulilah ada beberapa yang sudah mendapatkan kartu sehat dari LPSK (lembaga perlindungan saksi dan korban)," pungkasnya.
Pada Kamis 9 September 2004 sekitar pukul 10.30 WIB, bom meledak di pintu gerbang kedubes Australia. Belakangan bom yang disimpan di dalam mobil box tersebut dibawa oleh Heri Golun atau Heri Kurniawan yang ikut tewas dalam kejadian tersebut. Kejadian itu mengakibatkan setidak 14 orang meninggal dunia dan lebih dari 200 luka, termasuk Dirman yang kehilangan mata kirinya serta saraf tangannya terganggu.