Soal Radikalisme dan Teroris di Perbatasan Filipina
Bahasan ini dinilai penting lantaran wilayah Tagulandang merupakan tapal batas dengan negara tetangga Filipina.
Penulis: Theresia Felisiani
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, TAGULANDANG - Bertempat di pendopo Tagulandang, Kamis (22/9/2016) kemarin, Polres Sangihe, Polsek Tagulandang menggelar dialog interaktif dengan warga soal bahaya radikalisme dan terorisme.
Bahasan ini dinilai penting lantaran wilayah Tagulandang merupakan tapal batas dengan negara tetangga Filipina.
Seperti diketahui, di perairan Filipina ada kelompok penyandera dan kelompok teror Abu Sayyaf yang kerap menyandera kapal dan ABK asal Indonesia.
Tidak hanya itu, senjata kelompok teror Santoso yang bermarkas di Poso juga sebagian besar berasal dari Filipina.
Jalur senjata diselundupkan diduga melalui tapal batas di Sulawesi, lalu transit dan lanjut ke Poso, Sulawesi Tengah.
Meski digelar tengah hari bolong dan suhu udara yang cukup panas, warga yang terdiri dari guru, tokoh agama, tokoh pemuda, hingga para perangkat desa berbondong-bondong mengikuti acara tersebut.
Mereka rela menyerang dari kampungnya selama sekitar setengah jam untuk sampai ke pendopo Tagulandang.
Untuk diketahui, wilayah Tagulandang merupakan kepulauan. Bahkan di sana masih banyak pulau-pulau yang tidak berpenghuni.
Butuh waktu sekitar 3 jam menggunakan kapal cepat dari Pelabuhan Manado ke Pelabuhan Tagulandang.
Yang menjadi narasumber dalam acara itu yakni Wakapolres Sangihe, Kompol Yusuf Baba, Kabag Ops Intel Polres Sangihe, Ipda G Abas, Ustaz Fauzi dan Pendeta Hibor Saori.
Selama paparan, para narasumber membeberkan soal bahaya radikalisme dan terorisme. Termasuk soal ciri-ciri mereka yang masuk dalam gulungan teroris atau radikal.
Selain itu, turut diimbau juga pada warga untuk aktif memberikan informasi apabila ditemukan pendatang baru yang mencurigakan.
Pasalnya ledak geografis Tagulandang yang berdekatan dengan Filipina serta Poso memang potensial dijadikan sebagai tempat transit para teroris.
"Untuk mendeteksi teroris dan radikalisme kami kedepankan fungsin intelijen dan informasi masyarakat. Jangan berikan ruang kesempatan bagi pelaku kejahatan terorisme. Memang selama ini wilayah Polsek Tagulandang, Polres Sangihe masih aman tapi jangan bangga juga tetap waspada," ungkap Wakapolres Sangihe, Kompol Yusuf Baba.
Wakapolres Sangihe itu menuturkan karena berbatasan dengan Filipina, maka sewaktu-waktu tidak menutup kemungkinan senjata ilegal masuk ke Indonesia.
"Ada indikasi senjata kelompok Santoso itu dari Filipina masuknya lewat Sulawesi Utara, tapi kami belum temukan itu," tegasnya.
Lebih lanjut, seorang warga dari Kampung Wilakiama, Tagulandang Selatan bernama Wolter Takakobi mengaku senang bisa ikut dialog tersebut.
"Saya senang bisa ikut dialog ini, ini penting sekali karena wilayah kami ini kepulauan dan dekat dengan Filipina. Saya minta kegiatan begini dibuat rutin jadi menambah daya tangkal kami," imbuhnya.